Guru SMA Punya Koleksi Naskah Kuno Langka Tasawuf hingga Mantra

Koleksi naskah kuno Lulut Santoso
Sumber :
  • VIVAnews/Lucky Aditya

VIVA – Deretan naskah kuno dari berbagai zaman tertata rapi pada sebuah etalase di ruangan lobi Perpustakaan Kota Malang. Naskah-naskah kuno ini dipamerkan kepada publik. Tujuannya masyarakat agar mengetahui sejarah tentang bangsanya.

Pemuda di Karawang Alami Gangguan Jiwa Diduga Usai Belajar Ilmu Tasawuf

Naskah kuno ini milik guru Seni dan Budaya di SMAN 3 Kota Malang, Lulut Edi Santoso. Dia mengaku senang mengoleksi naskah kuno sejak tahun 2009. Namun soal hobi tentang sejarah katanya sudah dimulasi sejak saat dia masih kecil. Naskah kuno ini didapatkannya dari berbagai daerah mulai dari Yogyakarta hingga Mataram, Lombok.

"Ada 20 naskah kuno yang saya punya. Paling tua tahun 1.600 hingga 1.700-an. Rata-rata isinya tentang kisah para raja, tentang tasawuf dan mantra-mantra," kata Lulut di Malang, Jatim, Kamis, 19 September 2019.

Bagian dari Islam, Ini 9 Fakta Aliran Sufi yang Bikin Kamu Kaget

Lulut tidak bisa menjelaskan secara detail isi dalam naskah kuno ini. Sebab semua tulisan naskah kuno berhuruf pegon untuk manuskrip Al-quran dan tentang tasawuf. Sebagian besar lainnya bertuliskan aksara Jawa tentang Babad Demak, Jenggala, dan Kerajaan Panjalu.

Dia juga memiliki naskah kuno primbon. Seluruh naskah kuno ini terbuat dari deluang atau kertas tradisional dari kulit kayu. Untuk memudahkan mengabadikan isi dalam buku, dia mulai melakukan digitalisasi bekerja sama dengan Dreamsea. Tujuannya untuk menerjemahkan isi dalam naskah kuno ini.

Puluhan Rumah di Malang Raya Terendam Banjir

"13 buku sudah didigitalkan, setelah didigitalkan akan saya kasihkan ke sejarahwan yang ahli untuk diterjemahkan. Karena digital hanya untuk mentranskip bukan men-translate. Saat ini masih didigitalkan oleh Dreamsea, kemungkinan akhir Desember rampung," ujar Lulut.

Lulut mengisahkan, kegemarannya memburu naskah kuno setelah tunjangan sertifikasi gurunya aktif. Dikatakan Lulut, dana sertifikasi guru yang dia terima digunakan untuk memburu buku. Satu buku bahkan dia biasa dibeli dengan harga Rp4 juta.

Dia memilih tidak membeli motor atau mobil dari dana hasil sertifikasi guru. Dia lebih senang memburu buku kuno. Harapan Lulut, buku kuno ini tidak menjadi sampah pada kemudian hari. Naskah kuno menjadi bukti peradaban yang bisa dipelajari generasi saat ini.

Lulut ingin mendorong generasi muda untuk lebih mencintai sejarah nusantara. Buku-buku ini pada hari biasa bisa dijumpai masyarakat di perpustakaan pribadi milik Lulut di rumahnya.

"Tunjangan sertifikasi guru ketimbang saya belikan untuk kebutuhan konsumtif mobil atau motor mending beli buku kuno. Saya ingin menjaga warisan budaya dengan segala konsekuensinya, karena saya ingin menularkan ke generasi selanjutnya," tutur Lulut.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya