5 WNI Diculik di Perairan, Mahfud: Karena Abu Sayyaf Enggak Mati-mati

Menkopolhukam, Mahfud MD.
Sumber :
  • VIVAnews/Cahyo Edi

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD menyampaikan, masih aktifnya kelompok separatis yang dipimpin Abu Sayyaf, adalah salah satu sebab penculikan WNI terus terjadi. Kali ini, lima nelayan RI diculik di Filipina.

Industri Facility Manajemen Indonesia di Atas Vietnam dan Kamboja

Menurut Mahfud, kelompok separatis yang berasal dari Filipina Selatan itu menjadikan penculikan sebagai modus utama mereka beroperasi.

"Kendala utamanya (masalah penculikan sulit dituntaskan), karena Abu Sayyaf ndak mati-mati," ujar Mahfud di Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin 20 Januari 2019.

Lebih Rendah dari Vietnam dan Filipina, Ekonomi Indonesia Diramal IMF Tumbuh Cuma 5 Persen

Mahfud menyampaikan, Kemenko Polhukam berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk menuntaskan masalah. Salah satu hal yang dikaji adalah meminta pemerintah setempat, melarang adanya pelayaran di area yang terus menjadi lokasi Abu Sayyaf beroperasi.

"Salah satu pemikirannya itu (melarang pelayaran di perairan lokasi penculikan). Banyaklah pemikirannya," ujar Mahfud.

Kapal Filipina Alami Kerusakan usai Ditembak Meriam Air oleh Kapal China

Mahfud juga mengemukakan, jika tidak dituntaskan, peristiwa penculikan akan terus terjadi. Penculikan terakhir sendiri, terjadi setelah pemerintah baru saja membebaskan tiga WNI yang juga diculik Abu Sayyaf.

"Itu kan aneh juga. Baru bebas tiga, diambil lima lagi," ujar Mahfud.

Sebelumnya diberitakan, lima nelayan warga negara Indonesia diculik dari tepi timur perairan Sabah di Lahad Datu, Malaysia. Mereka diduga diculik kelompok Abu Sayyaf dari Filipina Selatan, yang kerap menyandera untuk meminta tebusan.

Enam pria bersenjata berpakaian terusan hitam menculik lima dari delapan nelayan, yang menggunakan kapal pukat. Mereka diculik sekitar pukul 20.00, di perairan antara Tambisan dan Kuala Meruap di Lahad Datu dekat perbatasan Laut Filipina, Kamis 16 Januari 2020.

Komandan Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom), Hazani Ghazali mengatakan, orang-orang bersenjata itu datang dengan sebuah speed boat. Lalu, melarikan diri ke negara tetangga, setelah mengambil lima sandera.

"Kami telah berkomunikasi dengan rekan-rekan di Filipina Selatan dan sedang melakukan operasi lanjutan di daerah tersebut," kata Hazani, dilansir The Star, Minggu 19 Januari 2020. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya