Bebas Corona, Sita: Ruang Isolasi Itu Enggak Seseram yang Dibayangkan

VIVA – Sita Tyasutami, bersama sang kakak, Ratri Anindyajati dan ibu, Maria Darmaningsih terlihat tersenyum bahagia setelah sempat menjalani proses penanganan medis di ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso. Ketiganya dinyatakan telah pulih dari virus corona Covid-19.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Namun demikian, Sita mengaku, apa yang dialaminya, ibu serta kakak adalah pengalaman yang tak bisa dilupakan. Terlebih ketika akan dipindahkan ke ruang isolasi.

“Kita tuh deg-degan banget pas mau dibawa ke isolasi, karena belum pernah sebelumnya dan semoga hanya sekali. Kalau lihat di film kan diisolasi seram banget, dan orang yang seperti enggak bisa lanjut hidup,” katanya saat ditemui di kediamannya di kawasan Depok, Jawa Barat pada Kamis 19 Maret 2020

Malaysia Detects Over 6000 Coronavirus Cases in a Week

Sita mengatakan, rasa cemas itu muncul sejak dirinya akan dijemput ambulans dari salah satu rumah sakit swasta di Depok. “Jadi kita menunggu dijemput ambulans itu deg-degan setengah mati. Aduh ini gimana ya, apalagi nanti dipisah, bukan seruangan berdua (ibu dan kakak),” tuturnya.

Ia mengaku, sebelum di RSPI, ia sempat menjalani perawatan khusus di rumah sakit di Depok. “Di rumah sakit Depok tiga hari di RSPI 13 hari diisolasi. Total jadi 16 hari tanpa matahari. Itu selama 13 hari diisolasi enggak pernah demam, selalu di 36 derajat juga,” jelasnya.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

Sita mengaku, keluhan yang dirasakannya hanya batuk. Tapi ia diinfus nonstop selama 16 hari, karena paru-paru masih ada bercak ia merasa begitu nafas panjang kemudian buang nafas selalu batuk. “Enggak bisa buang nafas panjang, waktu itu batuknya masih nonstop. Kalau vertigo enggak ada sama sekali,” ujarnya.

Sita menegaskan, tidak ada drama apapun dalam kejadian ini. Ia pun sangat menyayangkan pemikiran sejumlah orang yang terkesan tak mempercayai apa yang telah dialaminya. Nyinyiran itu muncul dari sejumlah netizen yang melihatnya bermain ponsel di ruang isolasi.

“Kami diisolasi pertama di rumah sakit Depok, dirawat. Nah di RSPI, karena saya pekerja seni emang enggak berkantor. Terus pertama kali minta dikirimin laptop, karena saya di rumah sakit enggak kaya orang mau mati. Saya masih bisa mikir, bisa kerja,” tuturnya.

“Di rumah sakit pun saya kerja pakai laptop saja. Di ruang isolasi kami tetap kayak orang normal aja, enggak kayak yang dibayangkan orang atau media luar yang menyeramkan, karena emang tergantung imun.”

Sita mengatakan, salah satu yang membuatnya merasa nyaman adalah dirinya bisa menggunakan ponsel. “Dan itu satu-satunya yang bikin imun kita naik, karena kita senang bisa ngobrol sama keluarga. Aku tiap hari vicol (video call) sama ibu dan Mba Ratri,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya