Vaksin COVID Perlu Dipercaya, Ini Penjelasan Jubir Vaksinasi Kemenkes

Vaksin COVID-19 dari China tiba di Indonesia pada Minggu malam
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras

VIVA – Vaksin COVID-19 dengan dosis 1,2 juta unit sudah didatangkan dari Sinovac China. Namun masih ada sebagian masyarakat yang meragukan efektivitasnya, hingga ada yang enggan untuk divaksin.

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia, Ada Apa?

Upaya lain yang dilakukan adalah dengan menggratiskan vaksin seperti yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo. Hingga Kepala Negara siap untuk menjadi orang pertama yang divaksin tersebut.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan sebuah vaksin dalam prosesnya tentu sudah melalui berbagai uji klinis, dari tahap pertama hingga tahap ketiga. Bahkan setelah tahap ketiga, masih harus dalam kajian sehingga mendapat izin edar.

Komnas KIPI, Sebut Penyakit TTS akan Muncul 4 Sampai 42 Hari Setelah Vaksin AstraZeneca Disuntikkan

Baca juga: Kaleidoskop 2020: 6 Kebijakan Jokowi yang Timbulkan Kontroversi

"Kalau bicara keamanan (vaksin COVID-19) sebenarnya sudah dalam uji klinis tahap pertama," kata dr. Siti Nadia, dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi di tvOne, Jumat 18 Desember 2020.

Bagaimana Kaitan Vaksin AstraZeneca yang Sebabkan TTS Pada Penerimanya?

Maka setelah lolos uji tahap pertama, dilakukan uji tahap kedua. Karena tahap pertama, yang menyangkut masalah keamanan, sudah diuji. 

"Itu keamanannya sudah teruji. Kalau bicara safety itu aman," katanya.

Maka pada uji tahap kedua, dicari efektivitas vaksin tersebut. Walau dilakukan dalam jumlah kecil yaitu sampel saja. Hingga berlanjut pada tahap ketiga, seperti vaksin Sinovac tersebut. Nadia mengatakan ada 13 vaksin yang sudah masuk dalam tahap uji klinis tahap ketiga.

Maka kata dia, vaksin-vaksin yang sudah ada dan dituangkan dalam Keputusan Kementerian Kesehatan, sudah melalui kajian pemerintah juga beserta para ahli. Sehingga memiliki keamanan dan efektivitas yang baik.

Memang tidak sedikit dari masyarakat mempertanyakan kenapa pemerintah mendatangkan Sinovac China. Padahal ada jenis lain, seperti Pfizer, yang sudah dipakai oleh beberapa negara, termasuk oleh China sendiri.

"Pertama mungkin kita melihat bahwa sebenarnya dari uji klinis tahap kedua termasuk 6 vaksin sudah lebih dari 96 persen. Bahkan Sinovac sudah 97 persen tahap kedua," kata Nadia.

Selain itu, Sinovac juga memberi jaminan ke pemerintah Indonesia bahwa mereka siap mengirim vaksin COVID-19 tersebut ke Indonesia pada akhir 2020. Sehingga diputuskan untuk mendatangkan, mengingat seluruh dunia juga membutuhkan vaksin tersebut.

Jangan sampai, katanya, Indonesia harus menunggu vaksin-vaksin tersebut sementara kebutuhannya sudah mendesak. 

"Kita terbuka pada semua jenis vaksin," katanya.

Mengenai China justru membeli 100 juta dosis vaksin Pfizer padahal mereka bisa memproduksi lewat Sinovac, Nadia mengatakan bisa jadi karena penduduk Negeri Tirai Bambu itu sangat banyak sehingga kebutuhan vaksin juga lebih banyak dari negara-negara lainnya.

"Karena sebenarnya ini kembali lagi dengan kemampuan produksi yang terbatas, baik Sinovac maupun vaksin lain yang juga diproduksi," lanjut Nadia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya