Pedagang di Malioboro Kibarkan Bendera Putih

Para PKL memasang bendera putih di sepanjang Jalan Malioboro, Yogyakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Cahyo Edi (Yogyakarta)

VIVA – Para pedagang kaki lima (PKL) memasang bendera putih di sepanjang Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Jumat, 30 Juli 2021. Bendera putih ini dipasang dengan memakai bambu.

Libur Lebaran 2024, Hostel Low Budget di Malioboro Kebanjiran Pesanan Wisatawan

Bendera putih ini dimaknai sebagai sebuah suasana berkabung maupun menyerah oleh para PKL. Para PKL ini menyerah karena sudah sebulan tak lagi berjualan karena penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat maupun PPKM Level 4.

Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro Desio Hartonowati mengatakan, sudah sebulan ini para PKL dan pedagang kuliner di Malioboro tak punya penghasilan. Sebagai tanda berkabung dan menyerah pada situasi pandemi COVID-19 maka dipasang bendera putih itu.

Malioboro Jadi Tujuan Wisatawan, Polisi Siapkan Rekayasa Lalu Lintas Saat Libur Lebaran 2024

"Bendera putih ini tanda kami berkabung dan menyerah. Bendera putih ini simbol kondisi terkini yang dirasakan oleh pedagang di Malioboro," kata Desio, Jumat, 20 Juli 2021.

Desio menyebutkan bahwa para pedagang tak lagi punya penghasilan. Selain itu, angsuran utang modal terus berjalan padahal tak ada pemasukan.

Viral Ratusan Pemuda Membaca Alquran Penuhi Jalan Malioboro, Yogyakarta

Sejak 2020 awal pandemi COVID-19, Desio menilai para pedagang di Malioboro sangat terdampak. Beberapa kali penutupan di kawasan Malioboro membuat pedagang tak lagi bisa mengais rezeki.

Desio juga mengeluhkan penyekatan yamg dilakukan di jalan-jalan menuju Malioboro membuat pengunjung sepi. Sementara para pedagang lesehan dan kuliner juga direpotkan dengan aturan harus tutup pukul 20.00 WIB.

"Pedagang lesehan buka baru jam 18.00 WIB. Jam 20.00 WIB sudah suruh tutup. Akhirnya banyak yang tutup kalaupun buka hanya beberapa jam ya cuma capek bongkar pasang warung," ujar Desio.

Desio menjabarkan bahwa hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah. Menurutnya mekanisme bantuan yang diberikan pemerintah tak efektif.

Ketidakefektifan ini karena bantuan pemerintah disalurkan melalui koperasi paguyuban. Padahal koperasi hanya menaungi 2 paguyuban sementara di Malioboro ada 9 paguyuban.

"Yang 2 (paguyuban) dinaungi koperasi baru dalam proses. Kemudian 9 paguyuban lain belum ada akses ke sana. Kami minta solusi pemda supaya paguyuban dapat dana pinjaman bergulir," ujar Desio.

Desio menambahkan, "Bantuan modal ini sangat diperlukan oleh pedagang. Karena modal berjualan saat ini sudah habis untuk menutup kebutuhan sehari-hari."
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya