Grebeg Besar Kraton Yogyakarta Sambut Idul Adha, 7 Gunungan Jadi Rebutan Warga

Gunungan Garebeg Besar di Yogyakarta saat perayaan Idul Adha 2023
Sumber :
  • VIVA/Cahyo Edi

Yogyakarta – Keraton Yogyakarta menggelar acara Hajad Dalem Grebeg Besar, Kamis 29 Juni 2023 Garebeg Besar ini digelar dalam rangka memperingati Iduladha 1444 H/Tahun Ehe 1956.

8 Waktu yang Diharamkan untuk Berpuasa Menurut Ajaran Islam

Sebanyak tujuh buah gunungan dibuat oleh Keraton Yogyakarta untuk dibagikan ke masyarakat. Prosesi Grebeg Besar ini dimulai sejak pukul 10.00 WIB.

Penghageng Urusan Keputren Keraton Yogyakarta Nyi KRT Hamong Tedjonegoro mengatakan dalam setahun ada tiga kali pelaksanaan Garebeg yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta. Tiga acara Grebeg ini yaitu Grebeg Sawal (Idulfitri), Grebeg Besar (Idul Adha), dan Garebeg Mulud (peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW).

Didukung Lebih dari 30 Negara, Idul Fitri-Idul Adha Kini Diakui UNESCO sebagai Hari Besar Keagamaan

"Pelaksanaan Grebeg Besar digelar secara luring. Grebeg Besar diikuti iring-iringan 10 Bregada Prajurit Keraton yang mengawal tujuh buah gunungan," kata Hamong Tedjonegoro dalam keterangan tertulisnya, Kamis 29 Juni 2023.

Gunungan Garebeg Besar di Yogyakarta saat perayaan Idul Adha 2023

Photo :
  • VIVA/Cahyo Edi
Jumlah Pemudik Lebaran Tahun Ini Diprediksi Naik jadi 136,7 Juta Orang

Hamong Tedjonegoro menjabarkan jika dalam prosesi Grebeg, seluruh gunungan diarak dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gedhe. Kemudian sesampainya di Masjid Gedhe, gunungan ini didoakan dan kemudian dirayah atau diperebutkan masyarakat.

“Terdapat tujuh buah gunungan dalam Garebeg Besar tahun ini. Seluruhnya diarak menuju Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta pada Kamis (29/06). Sebelum diperebutkan warga, gunungan akan didoakan dahulu,” terang Hamong Tedjonegoro.

"Di Masjid Gedhe setelah didoakan, akan ada dua buah gunungan yang dibawa menuju Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan," imbuh Hamong Tedjonegoro.

Hamong Tedjonegoro menyebut gunungan sendiri merupakan simbol pemberian dari raja kepada rakyatnya. Gunungan ini berisikan hasil bumi hingga jajanan tradisional.

“Sri Sultan paring sodaqoh. Adapun sedekah yang dimaksud terdiri dari hasil bumi, demikian halnya jajanan tradisional seperti gunungan dan wajik," urai Hamong Tedjonegoro.

Sedangkan Penghageng Kawedanan Kaprajuritan KPH Notonegoro menyampaikan gunungan ini dikawal oleh 10 Bregada Prajurit Keraton.

“Sepuluh bregada tersebut yakni yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa," ujar Kanjeng Noto.

"Bregada Bugis akan mengawal gunungan hingga Kepatihan. Sementara gunungan untuk Pura Pakualaman akan dikawal oleh Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir,” sambung Kanjeng Noto.

Kanjeng Noto menambahkan seperti Grebeg Sawal lalu, sekelompok Abdi Dalem Mataya (penari) Kridhamardawa juga akan dilibatkan menjadi bagian dari Prajurit Nyutra Towok.

“Keterlibatan ini merupakan sebuah
pengingat bahwasanya prajurit Nyutra dulunya beranggotakan para penari Keraton yang mengawal Sultan dengan menari tayungan selama prosesi,” tutup Kanjeng Noto.

Seperti pelaksanaan Grebeg pada umumnya, terdapat lima jenis gunungan yang dibagikan. Kelima jenis itu adalah Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan. Gunungan tersebut dikeluarkan secara berurutan dari Keraton sesuai dengan urutan tersebut di atas.

Ada tiga Gunungan Kakung, peruntukannya masing-masing untuk Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan. Sementara yang lainnya masing-masing berjumlah satu buah dan ikut dirayah di Masjid Gedhe, bersama dengan satu Gunungan Kakung.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya