Erupsi Lagi, Ini Legenda yang Melekat Pada Gunung Marapi Sumbar

Gunung Marapi dilihat dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat
Sumber :
  • Antara/ Arif Pribadi

VIVA Nasional – Gunung di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat baru saja meletus dengan dahsyat pada Minggu, 3 Desember 2023. Tingginya kolom abu letusan hingga menembus awan membuat ketinggian letusan tidak tercatat di Pos Pengamat Gunung Api Marapi.

Prabowo Siap Buktikan Janji Kampanye Makan Siang Gratis, Termasuk di Aceh dan Sumbar

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Sumatra Barat, mencatat sebanyak 14 dari 16 kecamatan di daerah tersebut terdampak hujan abu dan batu usai Gunung Marapi erupsi

Gunung Marapi termasuk salah satu gunung berapi paling aktif di wilayah Sumatera. Kawasan gunung ini terletak dalam wilayah administrasi Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar.

Partai Gerindra Sumbar Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Mulai Hari Ini 

Gunung Marapi di Sumatera Barat meletus

Photo :
  • Dok BNPB

Dengan ketinggian mencapai 2.891 meter di atas permukaan laut, gunung ini terlihat dari kota-kota seperti Bukittinggi, Kota Padang Panjang, dan Kabupaten Tanah Datar.

PDIP Mundur dari Pihak Terkait Gugatan Sengketa Pileg PPP di Sumbar

Keindahan Gunung Marapi di Sumatera Barat tak bisa menutupi bahwa gunung ini menyimpan beberapa legenda yang sudah turun temurun sejak ratusan tahun lalu.

Berikut legenda yang masih melekat:

Cikal Bakal Masyarakat Minangkabau:

Menurut legenda dan cerita turun-temurun, gunung ini merupakan tempat pertama yang dihuni oleh orang Minangkabau.

Dikisahkan, bahwa orang Minangkabau pertama kali menetap di gunung ini saat ukurannya hanya sekecil telur dan dikelilingi oleh air. Di sekitar wilayah ini terdapat banyak batu penguburan tegak atau menhir yang mengarah ke arah gunung, dan mencerminkan aspek budaya mereka.

Tempat itu berada di Kabupaten Tanah Datar.

Tambo, sebuah kumpulan hikayat yang menjelaskan banyak sejarah Minangkabau, termasuk asal-usul mereka, menjadi sumber informasi penting dalam memahami sejarah leluhur orang Minangkabau. Tambo juga mencakup aturan-aturan adat yang masih relevan hingga sekarang. Berdasarkan tambo, diketahui bahwa leluhur orang Minangkabau berasal dari lereng Gunung Marapi.

Seiring berjalannya waktu, menurut tambo, Nagari Tuo Pariangan muncul di Kabupaten Tanah Datar. Ini merupakan wilayah pertama yang menjadi tempat tinggal dan dimana terbentuknya sistem pemerintahan berbasis Nagari yang masih berlaku hingga saat ini. Hal ini ditandai dengan ditemukannya Nagari Pariangan di Kabupaten Tanah Datar, tidak jauh dari Kota Batusangkar.

Legenda ini juga mengaitkan asal-usul Minangkabau dengan Raja Alexander Agung, yang memiliki tiga putra dan membawa mereka berlayar ke berbagai wilayah, termasuk Sumatera Barat.

Meletus di era 1800

Pada tanggal 8 September 1830, catatan mencatat bahwa gunung ini melepaskan awan berbentuk kembang kol berwarna abu-abu kehitaman yang tebalnya mencapai 1.500 meter di atas kawah, disertai dengan gemuruh.

Pada tanggal 30 April 1979, laporan pers melaporkan bahwa letusan gunung ini menewaskan 60 orang dan mengubur 19 orang penyelamat di bawah longsoran tanah. Letusan ini juga merusak setidaknya 5 permukiman penduduk.

Legenda Putri Bungsu

Gunung Marapi, yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, memiliki berbagai legenda yang melekat dalam budaya lokal. Salah satu legenda yang populer adalah kisah tentang "Puti Bungsu," yang sering dikaitkan dengan gunung ini. Meskipun versi ceritanya dapat bervariasi, berikut adalah salah satu versi yang umum diceritakan:

Dikisahkan, ada seorang putri cantik bernama Puti Bungsu yang hidup di sebuah desa di kaki Gunung Marapi. Putri ini memiliki pesona yang luar biasa, dan banyak pemuda dari berbagai desa yang jatuh cinta padanya. Namun, Puti Bungsu hanya memiliki hati untuk seorang pemuda miskin dari desa tetangga yang bernama Marapian.

Cinta mereka dihadang oleh seorang raja jahat yang ingin menjadikan Puti Bungsu sebagai istri kedua. Puti Bungsu menolak dengan tegas, dan raja itu marah. Dalam kemarahannya, raja memerintahkan untuk menjebak Marapian dengan tuduhan palsu dan menghukumnya mati.

Marapian dihukum mati dengan cara dibakar hidup-hidup di lereng Gunung Marapi. Puti Bungsu, yang tahu bahwa Marapian tidak bersalah, merasa sangat sedih dan putus asa. Dia memohon kepada Tuhan agar mengembalikan Marapian, dan dengan ajaib, gunung tersebut meletus dan menyemburkan api yang membara.

Gunung Marapi dilihat dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat

Photo :
  • Antara/ Arif Pribadi

Namun, alih-alih membawa malapetaka, letusan gunung itu malah menjadi tanda keajaiban. Marapian yang seharusnya terbakar hidup-hidup justru muncul dari pusaran asap dan api sebagai pahlawan yang tak terlukai. Puti Bungsu dan Marapian akhirnya bersatu kembali, dan letusan gunung dianggap sebagai pertanda kekuatan cinta sejati.

Legenda ini menjadi cerminan nilai-nilai keadilan, cinta sejati, dan keajaiban alam dalam budaya masyarakat setempat. Gunung Marapi sendiri dianggap sebagai tempat yang sarat dengan spiritualitas dan kekuatan mistis, mengingatkan penduduk setempat akan kisah-kisah lama yang turun-temurun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya