Prabowo Tunda Pembelian Pesawat Mirage 2000-5 Bekas Qatar, Ini Alasannya

Menhan Prabowo Subianto.
Sumber :
  • Arsip Biro Pers Sekretariat Presiden

Jakarta – Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto sepakat menunda pembelian 12 pesawat tempur bekas milik Angkatan Udara Qatar, Mirage 2000-5. Penundaan ini menyusul keterbatasan fiskal pemerintah untuk mendukung pembelian pesawat tempur bekas pabrikan Prancis tersebut.

Aplikasi Ini Bisa Bikin Penumpang Terhibur di Pesawat

"Setelah rencana ini dibuat dan disepakati pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan dan Kementerian Pertahanan, Pak Menhan menunda pembelian Mirage 2000-5 karena kapastas fiskal kita belum bisa mendukung pembelian Mirage 2000-5," kata Juru Bicara Menhan Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak dalam perbincangan di tvOne, dikutip Minggu, 7 Januari 2023. 

"Kenapa ditunda? Karena kapasitas fiskal kita belum mendukung untuk ini segera direalisasikan," sambungnya

MK Sebut Hakim Arsul Sani Bisa Tangani Sengketa Pileg PPP

Pesawat Tempur Dassault Mirage 2000-5 buatan Prancis

Photo :
  • aerocorner

Dahnil menjelaskan pembelian pesawat Mirage 2000-5 bekas Angkatan Udara Qatar sedianya untuk mengisi kekosongan alutsista pertahanan udara, sembari menunggu kedatangan pesawat tempur baru Dassault Rafale yang sudah dipesan pemerintah Indonesia.  

Nonton Langsung di Qatar, Fitri Carlina Menangis Saat Timnas Indonesia Menang Lawan Korea Selatan

"Pembelian Mirage 2000-5 ini tentu dalam konteks Ad-Interim. Artinya dalam mengisi kekosongan selama kita menunggu Dassault Rafale. Ini (pesawat Mirage 2000-5) kita butuhkan ketika keputusan ini dibuat," ujarnya

Karena pembelian pesawat bekas Mirage 2000-5 ex Qatar ditunda, pemerintah lanjut Dahnil, mengalihkan anggaran untuk mengisi kekosongan alutsista pertahanan udara dengan melakukan peremajaan terhadap sejumlah pesawat tempur yang sudah dimiliki RI.   

"Nah untuk mengisi kekosongan ini nanti dilakukan retrofit, artinya pesawat Sukhoi- pesawat F-16 diperbaiki supaya mengisi kekosongan pertahanan udara kita, selama kita menunggu Dassault Rafale," tegasnya

Prancis Tak Produksi Mirage Lagi

Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Andika Perkasa

Photo :
  • YouTube: Total Politik

Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Andika Perkasa mengkritik rencana pembelian pesawat Mirage 2000-5 ex Angkatan Udara Qatar. Andika memahami jika alasan pembelian pesawat bekas ini untuk mensuplai kebutuhan di saat pesawat baru yang sebenarnya belum tiba sehingga digunakan selama menunggu.

Namun demikian, kata Andika, masalah akan muncul apabila pesawat baru yang nanti dibeli pemerintah tidak compatible atau berbeda versi dengan Mirage 2000-5.

"Karena kalau berbeda dengan versi Mirage 2000-5 maka akan terjadi pelambatan adaptasi para pilot maupun teknisi yang melayani servis ini dalam memastikan operasional pesawat yang baru nanti siap, karena belum terbiasa jadi dari nol lagi," paparnya

Andika juga menyebut pembelian Mirage 2000-5 perlu dipertimbangkan lebih jauh. Sebab, ia mengaku pernah hadir di Paris untuk menerima bintang tanda jasa dari Prancis, kemudian berbincang dengan otoritas Prancis pembuat pesawat Mirage. 

Prancis sebagai pembuat Mirage, tambah Andika, menyatakan sudah tidak membuat Mirage 2000-5. Dengan tidak membuat lagi pesawat tersebut, maka akan sulit mendapat spare part untuk keperluan perawatan pesawat.

"Jadi servis pasti rutin akan dilakukan. Jadi tidak mudah karena pembuatnya sudah tidak membuat, akibatnya kita cari spare partnya untuk servis melalui black market atau negara-negara memang memiliki Mirage, dan harganya pasti lebih mahal. Negara pemilik Mirage juga belum tentu punya spare part lebih. Ini akan menyulitkan karena kita tak selalu mendapat spare part tepat pada waktunya, dan ini menyebabkan kita akan terbebani dalam hal anggaran, khususnya dalam hal pemeliharaan, karena itu yang disampaikan Prancis sendiri," tegasnya

11,83 Triliun untuk 12 Pesawat Bekas

Diketahui, Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang dipimpinan Prabowo Subianto membeberkan kontrak pembelian 12 pesawat tempur bekas milik Angkatan Udara Qatar, Mirage 2000-5.  Pesawat tempur multirole Prancis eks Qatar itu dibeli untuk menambal kekuatan pesawat tempur TNI AU yang beberapa diantaranya memasuki fase habis masa pakai alias purna tugas.  

Kontrak pembelian 12 unit Mirage 2000-5 beserta perangkat pendukungnya dari Qatar dalam Kontrak Jual Beli Nomor: TRAK/181/PLN/I/2023/AU yang diteken pada 31 Januari 2023. 

"Adapun alasan Kemhan RI melaksanakan pengadaan pesawat Mirage 2000-5 eks Angkatan Udara Qatar adalah karena Indonesia membutuhkan alutsista pesawat tempur yang bisa melaksanakan delivery (pengiriman) secara cepat untuk menutupi penurunan kesiapan tempur TNI AU yang disebabkan oleh banyaknya pesawat tempur TNI AU yang habis masa pakainya, banyaknya pesawat yang akan melaksanakan upgrade, overhaul/repair dan masih lamanya delivery pesawat pesanan pengadaan baru," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemhan Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha, dalam siaran tertulisnya di Jakarta, Kamis, 15 Juni 2023. 

Edwin menegaskan pembelian Mirage 2000-5 pun menjadi langkah tepat untuk memenuhi kesiapan tempur TNI AU. Adapun nilai pembelian pesawat itu sebesar 733 juta euro atau sekitar Rp11,83 triliun dengan penyedianya perusahaan asal Republik Ceko, Excalibur International A.S.

"Material kontrak tersebut meliputi 12 MIRAGE 2000-5 Ex. Qatar Air Force (9 Single Seat And 3 Double Seat, 14 Engine and T-cell, Technical Publications, GSE, Spare, Test Benches, A/C Delivery, FF & Insurance, Support Service (3 Years), Training Pilot And Technician, Infrastructure, dan Weaponary," jelas Edwin. 

Jadwal pengiriman pesawat tersebut ialah 24 bulan setelah kontrak efektif dan akan ditempatkan di Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. "Saat ini, status kontrak dalam proses efektif kontrak," tambahnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya