Boediono: Pancasila Memudar Ancaman Bangsa

Wakil Presiden Boediono di Bengkulu
Sumber :
  • VIVAnews/Harry Siswoyo
VIVAnews
- Wakil Presiden RI, Boediono, menghadiri acara peringatan Hari Lahir Pancasila di Bengkulu, Minggu 1 Juni 2014. Dalam sambutannya, Boediono mengingatkan bahwa Pancasila merupakan hikayat bangsa yang harus dipertahankan.


Era globalisasi ini, kata Boediono, bukan tidak mungkin akan mengancam eksistensi Pancasila. Karena itu, nilai luhur Pancasila patut untuk diteladani.


"Kalau substansi Pancasila itu memudar di generasi kita, maka ini akan berakibat fatal bagi kebersamaan," kata Boediono.
Harga Emas Hari Ini 29 April 2024: Global dan Antam Kompak Merosot


BI Tegaskan Biaya Layanan QRIS 0,3 Persen Ditanggung Pedagang Bukan Konsumen
Boediono mengatakan, melalui peringatan hari lahir Pancasila ini dapat menjadi momentum penting bagi negara untuk kembali merekatkan keutuhannya. "Pancasila adalah pemersatu bangsa. Apa yang sudah dirumuskan pendiri negeri ini harus kita banggakan," ujarnya.

Dikritik karena Biarkan Istrinya Tinggal Serumah dengan Pria Lain, Adipati Dolken: Dia Senang

Sementara itu, Puan Maharani yang didaulat mewakili keluarga mendiang Presiden Pertama RI Soekarno juga ikut mengingatkan segenap warga negara Indonesia untuk tidak melupakan sejarah bangsa.


"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Karena itu kita jangan amnesia sejarah terhadap nilai-nilai luhur bangsanya sendiri," kata Puan di hadapan Wakil Presiden Boediono.


Menurut Puan, Pancasila merupakan falsafah ideologis bangsa. Pancasila menjadi dasar untuk terbentuknya negara Indonesia dan dia hadir untuk merekatkan Indonesia.


"Pancasila adalah milik bangsa. Karena itu, kita semua punya kewajiban moral dan ideologis untuk menjaganya," ujar Puan yang juga ketua fraksi PDIP.


Peringatan hari lahir Pancasila di Balai Semarak, Bengkulu, ini dihadiri Ketua MPR,  Sidarto Danusubroto, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Gubernur Bengkulu, Junaidi Hamsyah, dan sejumlah tamu undangan.


Wapres Boediono dijadwalkan hanya setengah hari berada di Bengkulu karena harus bertolak kembali ke Jakarta. Usai seremoni, Boediono dan rombongan mengunjungi rumah pengasingan Sukarno, lalu mengunjungi pelabuhan Bengkulu di Pulau Baai. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya