Gunungkidul Krisis Air Bersih, Bantuan dari Pemerintah Tak Cukup

Pipa air minum menyedot air sungai bawah tanah di Baron, Gunungkidul, Yogyakarta
Sumber :
  • Antara/ Regina Safri
VIVAnews
- Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami krisis air bersih sejak beberapa bulan terakhir. Warga di sejumlah desa hanya mengandalkan air bersih bantuan dari pemerintah kabupaten untuk keperluan sehari-hari, seperti untuk minum dan memasak.


Sementara, air bersih bantuan dari pemerintah yang dikirim dengan truk tangki air berkapasitas 5.000 liter hanya datang sekali dalam sepekan. Itu tak mencukupi kebutuhan warga karena setiap satu tangki harus dibagi dengan ratusan sampai ribuan warga.


Seperti di Dusun Wunung, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari. Hari ini, Senin, 7 September 2014, truk tangki air dari pemerintah datang ke desa itu. Tapi, kurang dari satu jam, air di dalam tangki sudah habis karena langsung diserbu warga. Tiap orang hanya dijatah enam ember air.
Susunan Pemain Timnas Indonesia U-23 Vs Uzbekistan, Ramadhan Sananta Gantikan Rafael Struick


Saksi Ungkap Kaca Mata SYL Dibeli Pakai ‘Uang Haram’ Kementerian Pertanian
Sukini, warga yang turut mengantre air, mengatakan bahwa air bantuan dari pemerintah itu sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Air yang mereka dapat dari truk tangki itu hanya untuk minum dan memasak. Sedangkan untuk keperluan mandi, ia dan warga lainnya harus mengambil di sungai yang belakangan juga mulai mengering. Jaraknya cukup jauh, lebih satu kilometer.

Perkuat Sektor Jasa Keuangan, OJK Gandeng Asosiasi Profesi

Warga yang cukup mampu secara ekonomi, terpaksa membeli dari swasta dengan harga Rp60 ribu per tangki. Mereka menggunakannya untuk minum, memasak, mandi, dan lain-lain.


Krisis air bersih itu tersebar di 18 kecamatan di Gunungkidul. Tiga kecamatan di antaranya, yakni Kecamatan Rongkop, Kecamatan Tepus, dan Kecamatan Panggang, mengalami krisis air bersih paling parah.
(tvOne/Lucas Didit/ms)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya