- HRW
VIVAnews - Sedikitnya lima orang remaja tewas di Enarotali, Paniai, Papua, dan lebih dari 17 lainnya terluka, akibat penembakan secara membabi buta yang dilakukan aparat TNI dan Polri, Senin pagi, 8 Desember 2014.
, John NR Gobai, mengatakan tragedi bermula pada Minggu, 7 Desember, sekitar pukul 24.00 WIT. Sebuah mobil Toyota Fortuner melintas di perbukitan Togokotu, Kampung Ipakiye, Paniai Timur.
Mobil itu tidak menyalakan lampu saat melalui posko Natal warga. "Anak-anak yang berada di posko Natal kemudian menegur pengendara mobil agar menyalakan lampunya. Tapi malah terjadi pertengkaran mulut," kata Gobai.
Otianus Gobai 18 tahun (atas) dan Alfius Youw 17 tahun (bawah)
Kendaraan yang ternyata dikendarai aparat itu, kemudian melaju menuju posko tim khusus Batalion Infantri 753 AVT di Uwibutu. Beberapa saat kemudian pengendara Fortuner kembali dengan rekan-rekannya, dan menganiaya seorang anak berusia 12 tahun.
"Inilah yang memicu warga Kampung Ipakiye mendatangi Kota Enarotali, yang jaraknya sekitar lima kilometer, guna mempertanyakan pelaku penganiayaan serta meminta penjelasan aparat keamanan," ucap Gobai.
Karena tidak ada penjelasan, massa membakar mobil Fortuner yang diduga digunakan pelaku penganiayaan. Tiba-tiba aparat menembaki kerumunan massa. "Aparat gabungan TNI dan Polri menembaki massa," ujar Gobai.
Simon Degei 18 tahun (kiri) dan Yulian Yeimo 17 tahun (kanan)
Kepala Polda Papua, Inspektur Jenderal Polisi Yotje Mende, membenarkan peristiwa penembakan itu. Tapi dia membela anggotanya, mengatakan bahwa penembakan itu adalah upaya pengamanan karena adanya penyerangan Polsek Enarotali.
Belum ada keterangan resmi dari Presiden Joko Widodo, yang pernah menjadikan Papua sebagai lokasi pertama kampanye saat pemilihan presiden. Belum ada penjelasan mengapa aksi protes di Papua kerap dihadapi dengan senjata api.
Sementara itu, beberapa nama korban tewas dan terluka yang didapat VIVAnews dari sumber di Human Right Watch, antara lain:
Simak Juga:
PM Muslim Pertama Skotlandia Mundur dari Jabatan Usai Kirim Bantuan ke Gaza
PM Skotlandia, Humza Yousaf, mengundurkan diri dari jabatannya karena mosi tidak percaya yang terjadi di tengah serangkaian kontroversi dukungan ke Palestina
