Misteri Bercak Darah di Keris Pangeran Diponegoro

Urban Legend
Sumber :
VIVA.co.id
- Siapa yang tak mengenal sosok pahlawan Indonesia yang tetap berperang meski sudah dalam kondisi sakit dan harus ditandu keluar masuk hutan selama melancarkan perang gerilya melawan penjajah.


Pangeran Diponegoro, dia lah pahlawan itu. Sang jenderal sejati yang merelakan hidup dan matinya untuk kemerdekaan Indonesia.


Kehebatan laskar perang yang dipimpin Diponegoro hingga saat ini masih dapat diketahui melalui berbagai bukti sejarah yang ada di buku maupun museum.


Selama melancarkan perlawanan sudah banyak musuh yang dikalahkanya dengan senjata-senjata yang dimilikinya. Salah satu senjata andalan Diponegoro ialah sebilah keris yang konon memiliki kesaktian dan daya racun yang mematikan.


Keris itu kini tersimpan rapi di Museum Diponegoro yang berdiri di bekas rumah Pangeran Diponegoro yang pernah dibakar tentara Belanda. Museum itu terletak sekitar empat kilometer dari Kota Yogyakarta. Museum itu dibangun pada pertengahan tahun 1968 hingga 19 agustus 1969.


Pembangunannya diprakarsai oleh Mayjen Surono yang saat itu menjabat Panglima Kodam Diponegoro hingga akhirnya diresmikan Presiden Soeharto dan diberi nama Sasana Wiratama yang artinya tempat prajurit.

Ini Alasan Napoleon Bonaparte Nongol di Acara Pembubaran Timnas Amin

Selanjutnya... Misteri Bercak Darah di Keris Diponegoro...

Detik-detik Menegangkan Wanita Terjepit hingga Jatuh ke Dalam Peron Stasiun UI



Misteri Bercak Darah di Keris Diponegoro

Keris saksi milik Diponegoro disimpan bersama 100 koleksi senjata miliknya lainnya.

Namun, keris yang memiliki luk 21 bernama Kyai Omyang itulah yang menjadi koleksi andalan di museum itu. Konon, keris itu dibuat oleh seorang Empu yang hidup pada masa kerajaan Majapahit.


Keris ini pernah dipakai Pangeran Diponegoro saat perang melawan Belanda. Yang unik dan cukup membuat siapa saja yang melihat wujud keris itu merinding ialah, di ujung keris terlihat dipenuhi bercak darah.


"Mungkin saja ini bekas darah manusia karena memang digunakan untuk berperang. Asal usul keris ini dari trah Pangeran Diponegoro," ujar Slamet Wiroatmojo, petugas museum.


Bercak darah di ujung keris hingga saat ini tidak bisa dibersihkan, karena sudah menyatu dengan tubuh keris.


Tak ada yang tahu, darah siapa saja yang telah membasahi ujung keris itu dan kenapa darah itu tetap melekat meski keris itu pada masanya rutin digunakan untuk berperang.


Sebenarnya tak hanya keris saja yang berlumur darah, tapi juga sebuah pedang perang Diponegoro.


Pedang yang berasal dari Kerajaan Demak itu terlihat berlumuran darh di bagian sisi tajamnya.


"Saya kira warna merah ini juga bekas darah , karena sudah terlalu lama lalu menyatu tak bisa dibersihkan. Jika habis pegang pedang ini cuci tangan karena biasanya diberi racun," ujar Slamet.


Selanjutnya... Tembok Jebol Bekas Tendangan Diponegoro...




Tembok Jebol Tendangan Diponegoro


Slamet menuturkan, koleksi lainnya terdiri dari berbagai senjata asli laskar Diponegoro mulai dari senjata perang, koin, batu akik hingga alat rumah tangga.


Berbagai senjata seperti tombak, keris, pedang, panah, bandil (semacam martil yang terbuat dari besi), patrem (senjata prajurit perempuan), hingga "candrasa"


(senjata tajam yang bentuknya mirip tusuk konde) yang biasa digunakan telik sandi (mata-mata) perempuan.

 

Ada juga alat rumah tangga buatan tahun 1700-an yang terbuat dari kuningan terdiri dari tempat sirih dan kecohan (tempat mebuang ludah), tempat canting (alat untuk membatik), teko bingsing, bokor hingga berbagai bentuk kacip"(alat membelah pinang untuk makan sirih).


Peninggalan lain yang legendaris adalah tembok jebol. Tembok ini merupakan saksi sejarah awal perang Diponegoro tahun 1825. Telah dipugar oleh pemerintahan Kotamadya Daerah tingkat II, Yogyakarta pada tanggal 7 juni 1993. Tembok tersebut digunakan untuk meloloskan diri dari kepungan kompeni


Sejarah dan makna dari terjebolnya tembok puri membuat tembok ini legendaris.


"Tembok tebal ini dijebol Pangeran Diponegoro dengan tendangan kaki dan dibantu sepakan kaki kuda," katanya.


Lubang ini untuk meloloskan diri dari kepungan kompeni, melarikan diri ke daerah Dekso. Lalu ke selatan hingga di Goa Selarong yang kemudian dipakai sebagai basis  dan strategi Pangeran Diponegoro dalam menghadapi Belanda.


Selain itu terdapat pula sebuah Padasan (tempat berwudlu Pangeran) yang terletak di depan pendapa serta Batu Comboran (tempat makan dan minum kuda-kuda Pangeran) di bagian tenggara pendapa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya