Terungkap, Dua Gepok Uang Polisi untuk Siyono Rp100 Juta

Busyro Muqoddas menunjukkan uang yang diberikan polisi kepada keluarga Siyono.
Sumber :
  • VIVA/Nadlir

VIVA.co.id - Misteri uang dua gepok yang diterima Suratmi, istri terduga teroris asal Klaten, Jawa Tengah, Siyono, yang meninggal dunia, setelah dijemput Detasemen Khusus 88 Mabes Polri mulai terkuak.

Kematian Siyono Akan Dilaporkan ke Dewan HAM PBB

Suratmi, sebelumnya mengaku menerima dua gepok uang dari orang yang diketahui sebagai anggota polisi. Karena takut, Suratmi tidak menerima uang itu dan justru diserahkan ke PP Muhammadiyah.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Hukum, HAM dan Kebijakan Publik, Busyro Muqoddas lantas membuka dua gepok bungkusan yang diduga uang tersebut. Diketahui, dua gepok uang tersebut totalnya berjumlah Rp100 juta.

Polri Klaim Tak Ada Unsur Korupsi di Uang Kerohiman Siyono

"Jadi, dua gepok uang itu, satunya Rp50 juta. Rp10 jutaan lima. Dua gepok jadi Rp100 juta, pecahannya Rp100 ribu rupiah," kata Busyro di kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Menteng, Jakarta Pusat, Senin 11 April 2016.

Busyro menyebut, itu akan digunakan untuk mengungkap sisi terang kematian pria terduga teroris beranak lima tersebut.

KontraS Minta Oknum Densus 88 yang Tewaskan Siyono Dipidana

"Uang ini akan digunakan, untuk mengungkap sisi terang proses kematian Siyono. Langkah selanjutnya, ya akan berbincang dengan Komnas HAM dan unsur masyarakat sipil. Belum akan bertemu Kapolri," ungkap mantan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi tersebut.

Sementara itu, Komisioner Komnas HAM Siane Indriani menerangkan, dua gepok itu diberikan ke istri Siyono satu gepok, dan ke kakak Siyono satu gepok juga.

"Satu gepok buat anak-anak dikasihkan ke istri Siyono, yakni Suratmi. Satu gepok lagi dikasihkan ke Wagiyono, kakak Siyono. Uangnya sangat besar nilainya, makanya dia (Suratmi) tak berani ambil," kata dia.

Komisioner Komnas lainnya, Hafid Abbas mengatakan, sikap dan keputusan Suratmi menjadi contoh yang berharga. Suratmi memang membutuhkan uang, tetapi dia enggan menerima uang dari kematian suaminya.

"Dapat dibayangkan idealismenya. Walau sangat butuh, tetapi karena ada kebenaran yang harus dicari, maka harus diserahkan ke kuasa hukumnya, yakni PP Muhammadiyah," ujar dia.

Sebelumnya, Suratmi, istri terduga teroris Siyono yang tewas usai ditangkap dan diperiksa Densus 88 Mabes Polri. Takut membuka dua gepok bungkusan uang yang dibeikan polisi atas kematian suaminya.

"Bungkusan itu sampai detik ini masih ada di Muhammadiyah," kata Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat, Jumat 1 April 2016.

Dahnil menegaskan, istri Siyono menolak uang tersebut. Karenanya, diserahkan ke Muhammadiyah.

"Bu Suratmi menyerahkan bungkusan itu ke Muhammadiyah. Katanya, "saya tidak mau terima uang seperti itu. Saya cari keadilan buat suami saya". Makanya sampai detik ini masih di Muhammadiyah belum dibuka sebagai bukti hukum," ungkap dia.

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti juga mengatakan, uang itu diberikan oleh Polri kepada keluarga Siyono sebagai bentuk kemanusiaan.

Badrorin membantah uang yang diberikan oleh anggota Polri kepada keluarga yang bersangkutan itu, agar permasalahan tersebut dari kelurga korban bungkam.

Istri terduga teroris Siyono, yakni Suratmi mengaku diberi uang dua gepok dalam bungkusan oleh seorang wanita bernama Ayu yang diduga anggota Kepolisian.

Perempuan tersebut pula yang membawanya bersama keluarga ke Yogyakarta untuk menjemput jenazah Siyono.

Dua gepok uang tersebut dibungkus dengan koran bekas. Suratmi mengaku tak berani membuka dan menghitung uang dalam bungkusan tersebut. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya