Luhut Mengaku Biayai Dua Simposium Bahas PKI

Menko Maritim dan Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Filzah Adini Lubis

VIVA.co.id – Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut menjadi sponsor pembiayaan atas dua simposium untuk membahas soal Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ada Halte Berbentuk Palu Arit di Cileungsi Bogor, Cek Faktanya

"Saya yang bayarin dua-duanya. Saya minta hasilmu (Tragedi 1965). Hasil dia (simposium tandingan). Hasil Kejaksaan Agung," kata Luhut di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat 15 Jakarta Pusat, Senin 6 Juni 2016.

Baru-baru ini memang ada dua simposium yang diselenggarakan berkaitan dengan isu kemunculan PKI di Indonesia. Pertama, yakni simposium nasional Tragedi 1965, digelar 18-19 April lalu di Aryaduta Hotel, Jakarta.

HOAX: Di Zaman Jokowi Monumen Palu Arit Boleh Berdiri

Simposium tersebut mempertemukan korban tragedi 1965, sejarahwan, mantan jenderal TNI, dan sejumlah tokoh lembaga yang berada di pusaran peristiwa berdarah tersebut.

Lalu yang kedua, Simposium Nasional bertajuk Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan Partai Komunis Indonesia dan Ideologi Lain, digelar 1-2 Juni 2016 di Balai Kartini, Jakarta.

Cek Fakta: Istilah Kadrun Berasal dari PKI

Acara tersebut diselenggarakan oleh lebih dari 70 organisasi masyarakat (ormas). Ormas itu di antaranya adalah Gerakan Bela Negara, Organisasi Purnawirawan TNI-Polri, ormas-ormas berlandaskan Pancasila, dan berbagai ormas Islam.

Sejauh ini Luhut memang membenarkan seluruh hasil rekomendasi simposium itu kini lagi dipelajari pihaknya. Ia membantah akan ada pertemuan antar kedua belah pihak yang menhadiri simposium tersebut.

"Tak ada (dipertemukan). Dengan itu proses terbuka dan transparan. Semua sudah di saya. Saya lagi garap semua," katanya.

Untuk diketahui, hasil rekomendasi dua simposium untuk mencari solusi menyelesaikan masalah tersebut yakni. Pertama yakni Simposium Nasional membedah tragedi 1965 menghasilkan berbagai tuntutan, usulan dan rekomendasi, salah satunya bahwa negara harus mengakui telah melakukan kekerasan di masa lalu itu.

Rehabilitasi, juga menjadi tuntutan yang disuarakan. Tak terkecuali, bahwa proses hukum harus tetap berjalan, meski proses rekonsiliasi juga dilaksanakan.

Sementara yang kedua, yakni Simposium Nasional yang digelar purnawirawan TNI dengan tema 'Mengamankan Pancasila dari Ancaman PKI dan Ideologi Lain' menghasilkan sembilan butir rekomendasi kepada pemerintah.

Rekomendasi itu pada intinya meminta PKI meminta maaf atas pemberontakan yang mereka lakukan, meminta masyarakat tidak lagi mengungkit sejarah pemberontakan di masa lalu itu, dan meminta pemerintah menguatkan materi Pancasila dalam kurikulum pendidikan.

(mus)

Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini (tengah).

PKS: Perlu Komitmen Kuat Wujudkan Demokrasi Pancasila yang Substantif

PKS nilai Demokrasi sudah berjalan saat awal reformasi. Namun, saat ini demokrasi kembali tertatih-tatih.

img_title
VIVA.co.id
11 April 2021