KSAU: Pesawat Hercules Tipe B Akan Diremajakan

Pesawat Hercules milik TNI
Sumber :
  • VIVA.co.id/D.A. Pitaloka

VIVA.co.id – Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI Agus Supriatna, menegaskan, untuk sementara seluruh pesawat Hercules tipe B akan di-grounded atau dilarang terbang. Pesawat akan kembali digunakan lagi jika mesin telah di-upgrade.

Dilantik Jadi KSAU, Tonny Harjono Naik Pangkat Marsekal TNI

"Setelah engine-nya kami upgrade, semua barulah dihidupkan lagi," kata Agus Supriatna.

Ia mengatakan, pesawat Hercules yang dibeli dari Australia sebenarnya dalam kondisi laik terbang dan usianya relatif lebih muda. Pesawat Hercules yang jatuh merupakan salah satu dari enam pesawat yang dibeli bekas dari Australia.

Harapan Wapres Maruf Amin Terhadap KSAU Baru Marsdya Tonny Harjono

"Pesawat yang jatuh ini pesawat kelima yang dikirim dari Australia. Usia pesawat ini sebetulnya lebih muda dari tipe B yang pertama kali kami terima," ujar Agus.

Untuk selanjutnya, Agus menjelaskan, pesawat Hercules yang laik terbang akan menjalani retrofit dan di-upgrade sesuai kebutuhan. Proses peremajaan akan dilakukan dalam rencana strategis 2015-2019. Namun, untuk sementara, Hercules akan dikandangkan dulu.

Menyandang Jenderal Kehormatan, Ini Deretan Bintang Jasa Prabowo dari Panglima TNI dan Kepala Staf

"Saya ingin, semua pesawat yang memang masih layak kita pakai untuk ke depan di-upgrade semuanya, mulai bodi pesawat semua. Kita upgrade, nah ini sedang diproses untuk penganggarannya,” tutur dia. 

Sementara itu, Agus melanjutkan, anggaran yang diterima dari APBN yang langsung untuk TNI AU sedang diproses dan dilaksanakan proses retrofit di Singapore Technologies Aerospace dan Aerospace Malaysia.

Sebelumnya, pesawat Hercules jatuh di Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Minggu pagi, 18 Desember 2016. Pesawat tengah melakukan misi latihan navigasi untuk meningkatkan profesionalisme penerbang. Ada dua ko-pilot yang tengah dipromosikan menjadi kapten untuk proses regenerasi.

"Kedua ko-pilot menjalani serangkaian tes, pertama dilakukan di wilayah barat, setelah lulus ke wilayah timur. Sampai jam terbang mencapai 700 sampai 1.000 jam. Sedangkan pesawat mengangkut aneka bahan pokok dan semen sesuai permintaan pemerintah Papua," kata Agus Supriatna.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya