Ketua MUI Ingatkan Pentingnya Menjaga Kemajemukan

Ketua Majelis Ulama Indonesia, Ma'aruf Amin.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Eka Permadi

VIVA.co.id – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma'ruf Amin, ditunjuk memberikan tausiah pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H atau 2016 Masehi di Istana Negara, Jakarta, Senin malam, 19 Desember 2016.

Jokowi Sempat Malu karena Indonesia Belum Jadi Anggota Penuh FATF

Dalam pemaparannya, Ma'ruf Amin menyampaikan bahwa kelahiran Muhammad SAW adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia. Banyak suri tauladan yang bisa diambil dari sosok Nabi Muhammad.

"Di antara teladan yang biasa kita tiru dari Beliau melakukan perubahan masyarakat ketika itu. Dari jahiliah menuju masyarakat yang khairul ummat, masyarakat yang unggul," kata Ma'ruf Amin di Istana Negara, Jakarta.

'Pemimpin Rambut Putih' Sowan ke Jokowi di Istana Negara Pagi Ini

Lanjut dia, dalam awal kepemimpinannya, Rasulullah memfokuskan pada perubahan akhlak umat agar mereka keluar dari jahiliah antara lain tidak lagi berjudi, berzina dan membunuh sesama.

Rasulullah mengajarkan agar mereka patuh terhadap ajaran Islam seperti yang disabdakan oleh Rasulullah yang termaktub dengan ucapan, "sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang terpuji".

Wamenaker Afriansyah Noor Bertemu Prabowo saat Hadiri Open House di Istana Negara

Ma'ruf Amin juga menjelaskan bahwa pada saat itu kesukuan di wilayah tersebut sangat kuat. Mereka saling menonjolkan suku masing-masing, baik dari sisi perang hingga perekonomian juga persaingan sengit terjadi.

Rasulullah kemudian datang dan mempersatukan suku-suku itu. Tidak hanya mendamaikan, bahkan jelas Ma'ruf Amin, membentuk suku baru yang kemudian dikenal menjadi pembela Islam seperti di Yazrid (Madinah) dengan sebutan kaum Anshor.

"Mereka itu kelompok ini disebut kaum Anshor yang artinya sang pembela," katanya.

Piagam Madinah juga disinggung oleh Rais Am PBNU itu. Pada saat itu di Madinah tidak hanya ada umat Islam, tapi juga dari Nasrani dan Yahudi. Di dalamnya, disepakati kesamaan hak.

"Saling menghormati keyakinan masing-masing, konsensus bersama terutama dalam membangun keadilan hukum," jelas Ma'ruf Amin.

Dalam membangun hukum yang adil itu, Rasulullah menerapkan prinsip persamaan di dalam hukum. Ia juga menegaskan, sejak zaman Rasulullah sudah dikenal persamaan di dalam hukum atau equality before the law yang menjadi prinsip hukum saat ini.

"Dalam konteks keindonesiaan, apa yang dilakukan Rasulullah semoga bisa menginspirasi kita semua ke arah yang lebih damai, aman dan sejahtera," katanya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya