Hindari Salah Miqat, Bus Jemaah Haji Dipasangi Alat Tracking

Bus salawat untuk jemaah haji saat berada di Kota Mekah.
Sumber :
  • Eko Priliawito

VIVA.co.id – Jelang kedatangan jemaah haji Indonesia dari Madinah ke Mekah, pada Minggu, 6 Agustus 2017, pelaksana bimbingan ibadah haji akan ikut mengantisipasi kesalahan pengambilan miqat jemaah haji.

77 Jemaah Haji Indonesia Masih di Arab Saudi Jalani Perawatan di Rumah Sakit

Kepala Divisi Ibadah Panitia Penyelanggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Mekah, Ansori, mengatakan pihaknya melakukan sejumlah antisipasi guna meminimalisasi kemungkinan peristiwa tahun lalu yang akan terjadi lagi.

Menurut Ansori, tahun lalu terdapat dua bus jemaah haji Indonesia di Madinah yang tidak melewati Bir Ali. Kasus ini dipicu karena ketidaktahuan sopir yang membawa jemaah.

Kuota Jemaah Haji 2024 Diumumkan Sebanyak 221 Ribu, DPR RI Segera Bahas Perbaikan Penyelenggaraan

Selama musim haji, para perusahaan transportasi kerap mempekerjakan sopir-sopir musiman yang sama sekali belum mengetahui medan. Menurut Ansori, langkah antisipasi yang diujicobakan tahun ini berguna menghadapi pengalaman tahun lalu.

Karena itu, akan ada transportasi baru yaitu bus tracking. Dengan sistem ini, pergerakan bisa akan dimonitor untuk memastikan kesesuaian rute pengambilan miqat.

1 Jemaah Haji asal Palembang Hilang, Menteri Yaqut: Kami Terus Cari

“Alhamdulillah pada tahun ini diujicobakan tracking bus. Kendaraan akan dilacak, sebisa mungkin petugas ketahui lokasi bus,” katanya di Mekah, Jumat malam, 4 Agustus 2017.

Ditambahkan Ansori, langkah lain untuk memaksimalkan pengambilan miqat jemaah haji Indonesia dari Madinah menuju Mekah adalah mengoptimalkan koordinasi antarsektor dengan sektor khusus yang barada di Bir Ali.

Sektor khusus ini akan memandu jemaah haji Indonesia agar benar-benar memastikan kesesuaian miqat mereka dengan syariat. Selain itu, Ansori juga meminta para tim pembimbing ibadah haji Indonesia (TPIHI) memaksimalkan tuntunan mereka kepada jemaah tentang ihwal bermiqat.

Biasanya dalam satu kelompok terbang (kloter) terdapat sembilan bus, dan tiap bus disertai satu tim pembimbing ibadah yang sekaligus ketua rombongan (karom). Perlu koordinasi kuat antara TPIHI dan karom agar pengambilan miqat yang sesuai dengan syariat tidak terlewat.           

“Ini adalah inti kegiatan operasional kita (bimbingan ibadah) karena ruh haji adalah berihram dari miqat yang benar,” kata Ansori.

Dia mengatakan, optimalisasi bimbingan ibadah tahun ini akan dilakukan dengan memaksimalkan peran ketua regu (karu) dan karom.

Koordinator Konsultan Bimbingan Haji, Aswadi, mengingatkan miqat para jemaah haji dari Madinah sangat krusial. Karena jarak yang jauh antara Madinah dan Mekah, diharapkan tidak ada kesalahan fatal.

“Jika salah dan harus mengulangi kan repot,” katanya.

Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya itu juga mengingatkan para petugas yang berada di Madinah harus memstikan jemaah, terutama kalangan pria, supaya memastikan tata cara berihram mereka sudah sesuai. Seperti tidak mengenakan pakaian-pakaian berjahit.

”Pastikan jemaah pria tidak memakai celana dalam atau kaus,” katanya.

Menurut Aswadi, ketentuan ini agar wajib dan rukun haji terpenuhi sejak berihram. Sementara untuk jemaah haji gelombang kedua, pemakaian ihram boleh dilakukan sejak di embarkasi masing-masing, tetapi niatnya boleh dilakukan di pesawat, atau bahkan di Jeddah.

Dia merekomendasikan agar jemaah haji gelombang kedua, berniat ihram jika nanti berada di Bendara King Abdul Aziz, Jeddah. Berniat di dalam pesawat bisa akan memudahkan jemaah memperbanyak talbiyah yang merupakan sunat berumrah.

“Biasanya kalau di pesawat karena satu dan lain hal sulit bertalbiyah,” ujarnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya