YLKI: Hewan Kurban Harus Bersertifikat Sehat

Ilustrasi pemeriksaan hewan kurban
Sumber :
  • VIVA/Anwar Sadaat

VIVA.co.id – Dalam beberapa hari ke depan, tepatnya tanggal 1 September 2017, rakyat Indonesia yang beragama Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha. Salah satu bentuk perayaan Idul Adha adalah penyembelihan hewan kurban.

Bukan Muslim, Ini Alasan Bertrand Antolin Tetap Terlibat dalam Berkurban

Terkait penyembelihan hewan qurban, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) memberikan tiga himbauan. Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi meminta masyarakat memastikan hewan yang akan disembelih dalam keadaan sehat dan tidak cacat fisik.

"Selain tidak cacat secara fisik, pastikan bahwa hewan kurban telah mendapatkan sertifikat sehat dari Dinas Peternakan dan atau dokter hewan setempat," kata Tulus dalam keterangan tertulisnya, 27 Agustus 2017.

Komentari Kisruh dengan Ketua RT, Saipul Jamil Sebut Dewi Perssik Korban

Sertifikasi sehat, kata Tulus, menjadi sangat penting untuk memberikan jaminan bahwa hewan kurban tidak mengidap penyakit menular tertentu (seperti antraks) yang membahayakan kesehatan hewan yang lain dan juga kesehatan manusia.

"Selain itu, usahakan hewan kurban disembelih oleh Juleha (juru sembelih halal) yang bersertifikat dan dilakukan di rumah pemotongan hewan," ujarnya.

Perseteruan Selesai, Dewi Perssik Bakal Temui Pak RT untuk Bersilaturahmi

Selain itu, YLKI mengimbau saat menyembelih hewan kurban agar menjauhkan dari anak-anak yang masih di bawah umur. "Dikhawatirkan prosesi penyembelihan hewan kurban yang disaksikan oleh anak-anak di bawah umur akan menimbulkan efek yang kurang baik, misalnya sadisme dan kekerasan pada anak," katanya.

Berisiko Stres

Kemudian, hewan kurban yang sedang dan telah disembelih seyogyanya dijauhkan dari hewan kurban yang lainnya yang belum disembelih. Hewan kurban yang menyaksikan 'temannya' sedang dan telah disembelih bisa menimbulkan stres pada hewan kurban tersebut.

"Hewan kurban yang stres sebelum disembelih bisa berefek negatif untuk kesehatan manusia saat dagingnya dikonsumsi," ucapnya.

Lebih lanjut, Tulus juga mengimbau agar mengurangi sampah plastik untuk membagikan daging kurban.
Sebisa mungkin tidak menggunakan plastik, dan bisa menggunakan pembungkus dari bahan baku non plastik.

Menurutnya, jangan sampai prosesi pembagian daging kurban justru berkontribusi terhadap maraknya penggunaan plastik. Selain itu, ia juga mengimbau agar tidak menggunakan tas kresek hitam untuk pembungkus daging kurban.

"Plastik kresek hitam dibuat dari bahan baku plastik yang sangat buruk, bersifat karsinogenik, sehingga jika terkontaminasi pada daging kurban akan berdampak buruk terhadap kesehatan manusia," ujarnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya