Gunungan Sampah Tutupi Sungai Para Sultan Banten

Kondisi Sungai Cibanten yang sudah ditutupi sampah, Senin (16/10/2017).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Yandhi Deslatama

VIVA.co.id – Sungai Cibanten, aliran sungai yang pernah menjadi saksi kejayaan Kesultanan Banten dan penyebaran agama Islam di Bumi Jawara kini dipenuhi oleh sampah.

Lebih dari 20 Ribu Orang Didenda Rp 3,4 Juta karena Menyampah di Singapura

Sejauh mata memandang, sampah rumah tangga hingga batang kayu menutupi aliran sungai yang tepat berada di depan reruntuhan Keraton Kaibon, di Kampung Kroya Lama Desa Kasunyatan Kota Serang.

"Semenjak hujan besar aja ini sampah terus numpuk, baunya semakin hari semakin parah," kata Jamhudi (32), warga setempat,, Senin 16 Oktober 2017.

Pabrik Beton di Jakbar Diduga Sebabkan Polusi Udara, Terancam Disanksi

Sungai Cibanten yang dulu menjadi simbol kejayaan, kini telah berubah menjadi simbol kemiskinan, kekumuhan di Ibu Kota Provinsi Banten itu.

Warga berharap, baik pemerintah Kota Serang maupun Pemprov Banten untuk segera membersihkan tumpukkan sampah sepanjang satu kilometer itu.

Dua Perusahaan yang Diduga Cemari Lingkungan di Jakarta Utara Operasinya di Setop

Hal ini, karena musim penghujan mulai turun. Warga khawatir jika tumpukan sampah itu menyebabkan banjir. "Malu sama peziarah, inginkan deket sama Masjid Agung Banten. Kalau pas ujian banjir, masa keraton kebanjiran," kata warga lainnya Kurniadi.

Berdasarkan catatan sejarah, Keraton Mainin yang hanya berjarak beberapa meter dari Sungai Cibanten, merupakan kediaman Sultan Syafiuddin, seorang sultan Banten yang memerintah sekitar tahun 1809-1815.

Kaibon berasal dari kata ka-ibu-an, yaitu tempat tinggal yang diperuntukkan bagi ibunda Sultan. Ketika Sultan Syafiuddin wafat, beliau digantikan oleh putranya yang baru berusia 5 bulan. Untuk sementara waktu, pemerintahan dipegang oleh ibunya, yakni Ratu Aisyah.

Keraton ini masih digunakan hingga masa pemerintahan Bupati Banten yang pertama yang mendapat dukungan Belanda, yakni Aria Adi Santika. Bupati tersebut menggantikan pemerintahan Kesultanan Banten yang dihapuskan sejak tahun 1816.

Dalam sejarahnya, sekitaran tahun 1670-an, sungai Cibanten digunakan sebagai jalur transportasi perdagangan dan juga sebagai tempat masyarakat beraktifitas.

Di daerah aliran sungai ini pula lahir sebuah kerajaan islam termashur selain Cirebon dan Demak yaitu kerajaan Banten atau Kesultanan Banten dengan raja pertama sekaligus pendirinya yaitu Sultan Maulana Hasanudin.

Di tanah Banten pula, Belanda untuk pertama kali menginjakan kakinya di tanah Nusantara sebelum pada akhirnya selama lebih dari tiga abad menguasai Nusantara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya