TKN Amati Prabowo-Sandi Terus Ciptakan Kontroversi dan Minta Maaf

Ketua DPP PKb sekaligus Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional, Abdul Kadir Karding (kanan).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Tim Kampanye Nasional atau TKN Jokowi-Ma'ruf, terus mengamati teori propaganda firehose of falsehood yang kerap digunakan kompetitor di Pilpres 2019.

Pemilu 2024 Lebih Teduh Dibanding 2019

Pelbagai kontroversi yang dimunculkan untuk menakuti masyarakat, terus digaungkan untuk nantinya di akhir masa pencoblosan mendapat simpati.

Hal itu dikatakan Wakil Ketua TKN, Abdul Kadir Karding, ketika dikonfirmasi, Rabu 14 November 2018.

AROPI: Dibanding Musim Pemilu 2019, Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Survei Naik 7,6%

"Artinya, teori membakar rumah yang membuat semua orang ketakutan, stres, lama-lama nanti di ujung, dia bisa memengaruhi dengan kondisi terkini, karena masyarakat sudah dalam tekanan dan sebagainya. Akhirnya, masyarakat memilih dia," kata Karding.

Karding menilai, metode ini terus diamati tim kampanye Jokowi-Ma'ruf memasuki masa dua bulan kampanye.

Viral Perempuan Pingsan Digendong Mayor Teddy, Ridwan Kamil Singgung Cara Pingsan Estetik

Baik Prabowo Subianto maupun Sandiaga Uno belakangan ini terus menciptakan kontroversial dan kemudian meminta maaf.

Hal itu diawali, saat terbongkarnya kasus hoaks Ratna Sarumpaet, tampang boyolali, tempe setipis kartu ATM, keadaan ekonomi terpuruk, hingga yang terakhir Sandiaga melangkahi makam tokoh pendiri Nahdlatul Ulama.

"Itu terjadi di Amerika, dan solusi terbaiknya adalah minta maaf. Ini yang bahaya. Bahaya bagi kehidupan politik ke depan dan itu jangan sampai terjadi di Indonesia," kata dia.

Sebelum Karding, teori firehouse of falsehood pernah diutarakan Juru Kampanye TKN, Budiman Sudjatmiko.

Menurut dia, teknik kampanye itu ingin mengulang kesuksesan Donald Trump yang memenangi Pemilu Amerika Serikat 2016 lalu.

Fenomena itu, menurut Budiman, ia telusuri hingga ke Inggris. Ia menyambangi perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica, yang menggunakan metode memanfaatkan profil masyarakat, khususnya warganet dalam menanggapi suatu informasi di media sosial. Model itu seperti yang dilakukan Ratna Sarumpaet.

"Jadi, apa yang terjadi dengan kasus Ratna, sepertinya bukan sebuah kesalahan atau kekeliruan. Tetapi, suatu kehebohan yang diciptakan. Karena, memang orang mau dikacaukan dengan kabar palsu," ujar Budiman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya