Figur Cak Imin Belum Bisa Dongkrak Suara Anies Baswedan di Jatim

Bakal capres dan cawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar saat safari politik ke Ponpes Darussalam Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur. Kamis, 28 September 2023.
Sumber :
  • ANTARA/Novi Husdinariyanto

Jakarta – Deklarasi bakal pasangan calon presiden dan wakil presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dinilai belum memberikan efek positif terhadap perolehan suara partai-partai pendukungnya di Jawa Timur.  Hal itu terungkap dalam hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang disiarkan melalui kanal Youtube SMRC TV, Kamis, 5 Oktober 2023. 

World Water Forum ke-10 Mengesahkan Deklarasi Menteri, Ini Hasilnya!

Saiful Mujani menjelaskan pasca deklarasi Anies-Cak Imin, PKB hanya dapat suara 17,8 persen. Sementara, Nasdem 3,5 persen dan PKS sekitar 1 persen. “Perolehan suara partai-partai ini di bawah hasil Pemilu 2029,” kata Saiful Mujani. 

Dia menjelaskan, survei lembaganya tersebut dilakukan dalam kurun waktu 2-11 September 2023. Saiful mengatakan sejauh ini PKB selalu menjadikan kekuatan besar di Jawa Timur.

Usulan Polisi di Bawah Kementerian Muncul Lagi, Pengamat: Upaya Melemahkan Polri

Ia menyinggung PKB yang pernah jadi nomor satu di Jatim pada pemilu awal reformasi 1999 dan Pemilu 2004. Namun, di Pemilu 2019, PKB dapat suara terbanyak kedua setelah PDIP. 

Artinya, kata dia, PKB memang kuat di Jawa Timur. Karena itu, kata Saiful, jika berharap PKB lebih kuat jelang Pemilu 2024, hal itu mesti ada dasarnya. Sebab, selama ini PKB memang kuat di Jatim. 

PKB Beri Sinyal Siap Usung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta 2024

“Karena itu deklarasi di mana ketua umum PKB menjadi calon wakil presiden, diharapkan ada ekor jas dari sana karena tokoh utamanya menjadi banyak dibicarakan,” jelas Saiful. 

“Kalau di Jatim saja tidak mengalami kemajuan, efek deklarasi tersebut pada PKB di daerah lain mungkin juga tidak bisa diharapkan,” ujarnya. 

Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Rapat Koalisi Perubahan

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Saiful mengatakan survei nasional SMRC digelar pada 2-11 September 2023 dengan perolehan suara partai khusus di Jatim masih diungguli PDIP dengan perolehan 22,2 persen. Selanjutnya, PKB 17,8 persen, Gerindra 11,6 persen, Demokrat, 6,3 persen, PPP 4,6 persen, PAN 1,1 persen dan PKS 1 persen. 

“Partai-partai lain di bawah satu persen, dan masih ada 21,6 persen belum menjawab,” kata Saiful. 

Menurut dia, suara PDIP, tak berbeda signifikan dengan perolehan suara 2019. Angkanya dari 19,9 persen 2019 jadi 22,2 persen di survei September 2023. 

Demikian pula dengan PKB dari 18,5 persen jadi 17,8 persen. Lalu, Gerindra dari 10,6 menjadi 11,6 persen, Golkar dari 10,2 menjadi 6,4 persen, 

Sementara, Demokrat dari 8,8 menjadi 6,3 persen. Selanjutnya, PPP dari dari 5,6 menjadi 4,6 persen. Kemudian, Nasdem dari 10,3 menjadi 3,5 persen. Sementara, PAN dari 5,4 menjadi 1,1 persen. Lalu, PKS dari 3,8 menjadi 1 persen.

Saiful menyoroti penurunan suara partai Nasdem yang merupakan salah satu pendukung deklarasi Anies-Cak Imin. Saiful duga Nasdem menurun dari 10,3 persen di 2019 menjadi 3,5 persen.

Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar Sambangi Markas PKS

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Dia menyebut kemungkinan karena sebagian suara Nasdem tersebut menunda pilihan. Ia menyatakan jika asumsinya sebagian pemilih Nasdem pindah ke partai lain, mestinya ada partai lain yang menguat,. Namun, ternyata tidak ada.

Saiful menyimpulkan data ini secara keseluruhan menunjukkan tak ada atau belum ada efek ekor jas deklarasi Anies-Cak Imin terhadap partai pendukung mereka di Jawa Timur.

“Saya melihat deklarasi Anies-Muhaimin tidak (belum) punya coattail effect atau efek ekor jas dari deklarasi Anies-Muhaimin pada partai-partai pendukung mereka. Dan, itu di Jawa Timur yang merupakan basis Muhaimin Iskandar,” ujarnya.

Saiful melanjutkan PKB punya basis di Jawa Timur. Pun, deklarasi Anies-Cak Imin juga dilakukan di Jawa Timur. Dengan demikian, menurutnya efek pertama dari deklarasi itu akan terlihat di Jawa Timur.

Namun, Ia melihat kemungkinan itu terjadi karena dukungan PKB pada Anies adalah keputusan elite. 

Dalam tradisi politik di Indonesia, jelasnya, keputusan elite sering tak dikonsultasikan pada konstituen. Mereka (elite) sering mengambil keputusan sendiri dengan harapan konstituen mengikuti atau menyesuaikan diri dengan keputusan elitenya. Sementara, ia menuturkan kondisi di negara yang sudah mapan, biasanya keputusan elite dikonsultasikan dengan konstituen. 

Saiful bilang pencalonan presiden, bisa melalui mekanisme dari bawah seperti melalui konvensi. Namun, yang terjadi di Indonesia, misalnya dalam kasus duet Anies-Cak Imin, pasangan ini secara tiba-tiba diputuskan dan membuat banyak orang terkejut.

“Tradisinya selama ini di Jawa Timur, massa PKB adalah pemilih Joko Widodo. Karena itu, imajinasi umumnya pemilih PKB adalah akan memilih calon yang relatif dekat dengan Jokowi,” jelas Saiful.

Menurut dia, sejauh ini, dalam persepsi pemilih, Anies bukan tokoh yang dianggap dekat dengan Jokowi. Kata dia, pasangan Anies-Cak Imin, adalah sesuatu yang baru karena membutuhkan sosialisasi dan argumen untuk meyakinkan pemilih mengapa keputusan pasangan itu dibentuk.

Saiful mengatakan, hal sama dengan Cak Imin yang sebelumnya disosialisasikan sebagai bakal capres. Namun, kemudian diputuskan menjadi bakal cawapres. Bahkan menjadi cawapres pun sebelumnya disosialisasikan akan mendampingi Prabowo. Namun, dalam dinamikanya, sekarang diputuskan jadi bacawapres Anies dalam waktu yang relatif cepat. 

Maka itu, kata Saiful, wajar jika masyarakat di tingkat bawah belum begitu mengetahui tentang hal ini. Mungkin juga warga belum mengerti kenapa keputusan pasangan tersebut diambil.

“Ini menjadi tantangan pada elite PKB atau elite pasangan Anies-Muhaimin untuk menjelaskan pada konstituennya,” kata Saiful.

Saiful menuturkan populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia di Jawa Timur yang punya hak pilih dalam Pemilu yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. 

Dari populasi itu dipilih secara random dengan multistage random sampling sebanyak 180 responden.  Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 150 atau 83 persen. Sebanyak 150 responden ini yang dianalisis. 

Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar kurang lebih 8,2 persen. Pun, tingkat kepercayaan survei dengan 95 persen (asumsi simple random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Waktu wawancara lapangan dilakukan dalam kurun waktu 2- 11 September 2023.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya