Partai Politik Akan Mati-matian Berjuang Menangkan Pilkada DKI Jakarta, Menurut Pengamat

Herry Mendrofa, Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham

Jakarta - Pengamat politik dan Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menyoroti konstelasi politik di Pilkada DKI Jakarta. Ia melihat bahwa Pilkada DKI Jakarta tahun 2024 masih menjadi kontestasi politik yang melibatkan banyak pihak termasuk elit parpol.

Jadi Prioritas Nasdem di Pilkada 2024, Anies: Kita Rehat Dulu

"Jika membahas Pilkada DKI Jakarta ya pastinya menarik, apalagi semua pihak meyakini kontestasi politik di Ibukota ini masih menjadi primadona bagi para elit di negeri ini," kata Herry dalam keterangannya, Jumat 22 Maret 2024.

Herry pun menyebutkan elit parpol akan berusaha untuk mengoptimalkan kerja-kerja politiknya di Pilkada DKI Jakarta.

Badan Saksi Nasional Golkar Optimis Menang 70 Persen di Pilkada 2024

Ilustrasi Logistik Pilkada DKI Jakarta

Photo :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

"Saya rasa bahwa parpol akan mati-matian untuk berjuang memenangkan Pilkada DKI Jakarta, atau berada pada barisan yang menang. Artinya kerja-kerja parpol setelah Pilpres akan di-downgrade ke Pilkada termasuk di Jakarta," ujarnya.

Hasto Klaim PDIP Bakal Move On dari Pilpres untuk Hadapi Pilkada 2024

Menurut Herry, Pilkada DKI Jakarta mendapat perhatian khusus karena beberapa nama yang populer muncul sebagai kandidat.

"Ini sebagai bukti juga bahwa Pilkada DKI itu menjadi headline semacam sorotan khusus juga, misalnya muncul nama Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Ahmad Sahroni, dan termasuk Kaesang Pangarep di bursa kandidat," tuturnya.

Herry menilai semua nama yang populer sebagai kandidat berpeluang sama untuk memenangkan pertarungan di Pilkada DKI Jakarta.

Ilustrasi Logistik Pilkada DKI Jakarta

Photo :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

"Kalau bicara siapa yang berpeluang menang, saya menilai semuanya punya approval rating yang merata meskipun ada beberapa figur yang menonjol karena mempertimbangkan kinerja termasuk juga interaksi sosial di masyarakat," katanya.

Selain itu, Herry juga mendukung kebijakan bahwa Pilkada DKI Jakarta cukup satu putaran dengan mempertimbangkan efektivitas penyelenggaraan dan pengkondisian sosial di masyarakat.

"Energi kita sudah terkuras di Pilpres, masyarakat Jakarta juga demikian, pasti sudah lebih paham dan memiliki preferensi politik tentang siapa figur yang layak. Jadi, tidak perlu berlarut-larut untuk dua putaran, cukup satu putaran, agar semuanya efektif dan efek buruk akibat polarisasi pun tetap termitigasi dengan baik," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya