Akbar Tandjung

Kalla Nilai Paloh Lebih Tepat Dibanding Saya

VIVAnews - Mantan Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tandjung, memendam kekecewaan terhadap penerusnya, Jusuf Kalla. Kekecewaannya dimulai saat Kalla lebih memilih Surya Paloh sebagai Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar.

"Saya secara struktural tidak terkait lagi dengan Golkar," kata Akbar Tandjung di hadapan peserta Rapat Pimpinan Nasional III Partai Pemuda Indonesia, di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu, 15 Februari 2009. "Saya tidak jadi dewan penasihat, karena Jusuf Kalla berpendapat Surya Paloh lebih tepat, padahal Surya Paloh belum pernah memegang Dewan Pimpinan Pusat Golkar."

Akbar heran mengapa Golkar tidak melihatnya sebagai orang penting. "Padahal selama saya jadi Ketua Umum dua kali (periode), Golkar mengalami kemajuan. Situasi krisis Golkar dicemooh, kantor-kantor dirusak, dibakar," katanya.

Akbar menyatakan, dia pula yang mengembalikan kejayaan Golkar ketika dalam Pemilu 1999 terpuruk di posisi dua. Di bawah kepemimpinannya, "2004, Golkar jadi nomor satu. Namun karena keputusan politik, saya tidak ditempatkan di posisi yang penting," katanya kecewa.

Namun Akbar tak berhenti beraktivitas politik. Akbar memiliki program di televisi, institut dan aktif berbicara memenuhi undangan-undangan organisasi dan partai politik.

Timnas Indonesia U-23 Dapat Kabar Baik, Pelatih Arab Saudi Bocorkan Kekuatan Uzbekistan

"Itu sarana saya untuk mengaktualisasikan diri mengungkap pikiran, tapi saya nggak pernah mau dicalonkan jadi presiden. Lima bulan lalu Partai Bintang Reformasi dan Partai Pemuda Indonesia (mencalonkan) tapi saya tetap fokus di Golkar, meski secara struktural tidak di Golkar tapi saya masih memiliki tanggung jawab," katanya.

Mahkamah Konstitusi

MK Siapkan Tukang Pijat hingga Vitamin untuk Hakim Selama Sidang Sengketa Pileg 2024

Mahkamah Konstitusi (MK) akan menggelar sidang perdana terkait perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) atau sengketa Pemilu Legislatif (Pileg) 2024.

img_title
VIVA.co.id
28 April 2024