Menimbang Rencana Bulog Mengekspor Beras 

Pekerja mengangkut karung berisi beras stok Rasta/Raskin (beras untuk warga prasejahtera) di Gudang Bulog Serang, Banten
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

VIVA – Direktur Utama Bulog Budi Waseso sempat mengeluarkan wacana untuk melakukan ekspor komoditas beras nasional ke sejumlah negara. Langkah tersebut adalah upaya Bulog agar tidak kesulitan melakukan pengadaan beras di dalam negeri.

Neraca Perdagangan RI 4 Tahun Surplus, Kemenkeu Pede Tren Positif Tetap Berlanjut

Rencana ekspor tersebut bisa dilakukan dengan catatan produksi beras dalam negeri sudah dipenuhi saat panen raya yang terjadi pada Februari sampai April 2019 atau maksimal sebesar 1,8 juta ton penyerapan beras petani.  

Menanggapi hal itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas mengatakan keinginan Bulog mengekspor beras dianggap sekadar cita-cita yang mulia yang tak logis. Sebab, banyak hal perlu dibenahi guna capai hal itu. 

Bea Cukai Kawal Potensi Ekspor UMKM di Sukabumi dan Lampung Lewat Asistensi

Apalagi, harga beras dalam negeri saat ini jauh lebih mahal dibandingkan rata-rata harga beras dunia. Jika dipaksakan diekspor, beras Indonesia tidak akan mampu bersaing. 

“Boleh saja ekspor, tapi rugi. Nanti biar kerugiannya ditanggung rakyat,” kata Andreas dalam keterangannya dikutip Senin 28 Januari 2019.

Neraca Perdagangan RI Surplus 4 Tahun Beruntun, Terpanjang Sepanjang Sejarah?

Ia menjelaskan, saat ini harga beras Indonesia di tingkat petani mencapai Rp10 ribuan per kilogram, dikarenakan harga gabah kering sudah menyentuh Rp5 ribu per kilogram ke atas. 

Sementara itu, harga beras dunia per tonnya di angka US$404 yang kalau dirupiahkan berada di kisaran Rp5.600-an per kilogram.

“Kalaupun nanti musim panen raya, saya prediksi harga beras di tingkat petani sekitar Rp8.000-an. Masih lebih tinggi,” ujarnya. 

Andreas mengatakan, baiknya pemerintah tidak mengeluarkan ide yang tidak rasional lagi seperti ini. Mimpi ekspor beras umum tidak mungkin tercapai dengan kondisi saat ini. Berbeda jika memang ingin mengekspor beras khusus, seperti beras organik.
 
“Sudahlah tidak mungkin. Itu saja,” tegas akademisi ini.

Baca juga: Budi Waseso Yakin Indonesia Bisa Ekspor Beras

Kemudian, Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi, ikut mengamini pendapat Andreas. Menurutnya, harga beras di Indonesia masih belum bisa menyaingi harga beras yang ditawarkan Thailand maupun Vietnam. 

“Sebagai contoh beras dari Vietnam di kisaran US$420 per ton dengan kurs Rp14.200 per dolar AS belum lagi tambah biaya pengiriman. Bagaimana dengan harga beras nasional, bisa bersaing tidak, siapa yang mau beli," jelasnya. 

Tidak hanya soal harga, mimpi untuk mengekspor beras menurutnya juga harus dengan pembenahan infrastruktur terlebih dahulu. Mulai dari sisi produksi sampai pasca panen. 

Arief menyatakan, diperlukan industrialisasi pertanian terlebih dahulu untuk mencapai cita-cita tersebut. 

“Baiknya dibuat corporate farming dulu jadi ada lahan khusus untuk ekspor ini. Produktivitas juga bisa meningkat, misalnya sekarang lima sampai enam ton per hektare jadi tujuh hingga delapan ton per hektare,” ujarnya. (jhd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya