Logo WARTAEKONOMI

Perusahaan Sekarat Dihantam Krismon, Ciputra Menangis di Kamar Mandi

Kala Ciputra di Ambang Kebangkrutan: Kapal Kami Telah Karam, Meski Belum Tenggelam. (FOTO: Sufri Yuliardi)
Kala Ciputra di Ambang Kebangkrutan: Kapal Kami Telah Karam, Meski Belum Tenggelam. (FOTO: Sufri Yuliardi)
Sumber :
  • wartaekonomi

Namun, keyakinannya tersebut meleset. Kala itu, rupiah dibabat habis oleh dolar Amerika Serikat. Dari semula nilai satu dolar hanya berkisar Rp2.000, kemudian naik menjadi Rp2.500, dan dalam waktu kurang dari setahun, nilai tukar dolar sudah melompat lebih dari lima kali lipat.

Maka dari itu, celakalah bagi perusahaan Indonesia yang memiliki utang besar dalam dolar. Tentu, utangnya akan melambung tinggi. Sama dengan perusahaan Ciputra. Perusahaan milik keluarga Ciputra ini punya utang hampir US$100 juta.

Alih-alih membaik, kondisi perekonomian malah makin buruk. Utang perusahaan-perusahaan Ciputra menggelembung, dan pada saat bersamaan, penjualan menukik tajam.

"Pada satu titik saya paham, kapal kami telah karam meski belum tenggelam," kata Ciputra, "secara logika, utang-utang kami akan sulit terbayar.”

Melihat semua perusahaan yang dia bangun dengan susah payah dalam kondisi sekarat dan harus memecat ribuan karyawannya, Ciputra yang biasanya keras dan disiplin, kala itu ia sangat terpukul.

"Di kamar tidur, di meja makan, bahkan saat saya mandi dengan air shower menyiram tubuh, saya berlinang air mata....Saya menangis tanpa saya sadari," kata Ciputra.