Logo DW

Sungai Mekong dan Ambisi China: Dikeruk Agar Kapal Perang Bisa Lewat

picture-alliance/dpa
picture-alliance/dpa
Sumber :
  • dw

Distrik Chiang Khong, Kilometer 67:

Bulan-bulan ini kota kecil di utara Thailand itu sedang demam festival budaya. Manula dengan senyum merekah dan pakaian berwarna meriah yang dirajut tangan berpose di depan Golden Phaya Naga, sebuah patung naga yang diyakini melindungi penduduk di bantaran Mekong.

"Budaya dan sejarah kami berkaitan erat dengan sungai ini," kata Samaio Rinnasak, seorang penduduk lokal. Namun pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan perlahan mengubah relasi kutural tersebut. Pada akhirnya "Cina akan melakukan apa yang mereka inginkan," kata Thitinan Pongsudhirak, peneliti Institute of Security and International Studies di Universitas Chulalongkorn.

Menurutnya bantuan pembangunan bendungan di Laos dan Kamboja, serta pembentukan Zona Ekonomi Khusus di kedua negara, meredam harapan pemulihan sungai Mekong. "Ini adalah cara Cina menggunakan kekuasaannya," imbuh Pongshudirak.

Di Huai Luek yang terletak di kilometer 97 dari Segitiga Emas, warga terbiasa menanam jeruk bali di bantaran sungai. Desa ini menjadi lintasan terakhir proyek raksasa Cina.

Meski bergantung hidup dari sungai, desa ini hanya memiliki sepuluh orang nelayan. Fenomena itu mengindikasikan menyusutnya populasi ikan lokal.

Mimpi buruk itu berawal pada 2008, kata bekas kepala desa Thongsuk Inthavong, ketika warna air sungai Mekong berubah cokelat. "Tetua desa saat itu mengatakan bahwa Phaya Naga sedang mengaduk dasar sungai untuk membangun sarang," kata dia. "Tapi perubahan itu terjadi di tahun yang sama ketika bendungan Jinghong milik Cina mulai beroperasi."