Perkumpulan Dokter Ogah Jadi Kambing Hitam Bisnis Tes PCR

Ketua Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu, dr. Eva Sri Diana.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Ketua Dokter Indonesia Bersatu, dr. Eva Sri Diana menegaskan, di tengah polemik soal komersialisasi tes PCR yang ramai dibicarakan publik dalam beberapa hari terakhir, pihaknya dengan tegas membantah keterlibatan para dokter dan tenaga kesehatan dalam dugaan kasus tersebut.

Istri SYL soal Perawatan Kecantikan dari Kementan: Umur Sekian Apa Masih Cocok Skincare?

Hal itu diutarakannya dalam diskusi yang digelar di channel YouTube Indonesia Lawyer Club, Jumat 5 November 2021.

"Kami menggunakan alat diagnostik ini untuk benar-benar mengetahui orang ini sakitnya apa, sehingga bisa kita obati, dan itu tujuan kami sebagai dokter, bukan sebagai sales," kata Eva.

BPJS Kesehatan: Dokter Asing Layani Peserta JKN Harus Penuhi Sejumlah Persyaratan

Petugas memonitor tes usap PCR COVID-19 (foto ilustrasi).

Photo :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Baca juga: Pengamat Konstruksi: Jalan Tol Beton Bahaya untuk Kecepatan Tinggi

Soal Oknum Dokter Lecehkan Istri Pasien, Sahroni: Pelaku Harus Dihukum Berat

Eva menegaskan bahwa para dokter dan tenaga kesehatan tidak mendapatkan uang sepeserpun dari pemeriksaan menggunakan PCR."Karena kami memang hanya menggunakannya sesuai kebutuhan," ujarnya.

Dia pun menegaskan pernyataan ini agar para dokter dan tenaga kesehatan tidak selalu dituduh sebagai kambing hitam dalam polemik terkait komersialisasi tes PCR tersebut.

Selain itu, Eva pun memberikan koreksi dan kritik kepada pemerintah, karena harga PCR yang terbilang masih sangat mahal untuk dibebankan kepada rakyat.

"Dan itu memang sangat kasihan sekali. Karena sekarang ini rakyat sedang sakit," kata Eva.

Dia mengatakan, dengan ekonomi masyarakat yang masih kolaps akibat PPKM berulang kali dan meningkatnya jumlah orang yang terkena PHK di masa pandemi COVID-19, maka harga yang ditetapkan untuk melakukan tes PCR itu memang masih sangat mahal.

"Boro-boro untuk PCR, bahkan untuk antigen pun yang dibilang murah itu sebenarnya mahal buat mereka," ujar Eva.

Apalagi, lanjut Eva, pandemi COVID-19 ini nyatanya juga banyak menewaskan para anggota keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga, sehingga hal itu meninggalkan beban juga buat para keluarga tersebut.

"Jadi rakyat ini sekarang memang sedang sakit dan tidak sedang baik-baik saja. Maka harga PCR yang dibebankan kepada mereka itu memang terbilang sangat memberatkan untuk mereka," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya