Kondisi Global 2024 Diyakini Lebih Baik, Sri Mulyani Perkirakan Ekonomi Tumbuh 5,7 Persen

Menkeu Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • Anisa Aulia/VIVA.

VIVA Bisnis – Kondisi ekonomi global termasuk Indonesia pada 2024, diproyeksi akan lebih baik dibandingkan tahun 2023. Pemerintah dalam hal ini memperkirakan ekonomi RI pada 2024 akan tumbuh di kisaran 5,3-5,7 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Konsumen Makin Pede Tatap Ekonomi Indonesia, BI Ungkap Indikatornya

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, meski ekonomi global diproyeksi akan cerah. Pemerintah akan mengurangi proyeksi tersebut, sebab beberapa lembaga itu kerap melakukan revisi.

"Menurut lembaga-lembaga internasional kondisi ekonomi tahun 2024 secara global lebih baik sedikit. Namun, kita harus sedikit mendiscount juga karena proyeksinya terus direvisi," kata Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023 Kamis, 6 April 2023.

Gerindra Buka Peluang Revisi UU Kementerian Negara: Setiap Pemerintahan Punya Tantangan Berbeda

Sri Mulyani menyebutkan, lembaga-lembaga internasional dalam satu tahun dapat melakukan revisi sebanyak empat kali.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Photo :
  • Anisa Aulia/VIVA.
Kemendesa & PDTT Apresiasi Dukungan Pertamina Percepat Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Transmigrasi

"Seperti tahun 2023 diprediksi tahun lalu bulan Oktober, nanti Januari ini mereka akan merevisi. April minggu depan akan ada muncul lagi atau geser di pertengahan tahun, nanti pada September, Oktober ada revisi keempat," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada tahun 2024 Pemerintah memperkirakan ekonomi RI akan tumbuh di angka 5,3-5,7 persen. Kemudian untuk inflasi diperkirakan akan kembali menurun ke level 1,5-3,5 persen. Nilai tukar rupiah juga diprediksi akan terjaga stabil di Rp 14.800-Rp 15.400.

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi).

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Sementara itu, suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun di 6,5 persen hingga 7,4 persen. Serta harga minyak diperkirakan antara 7,5 persen hingga 8,5 persen.

"Kemarin saya rapat dengan Pak Bahlil, Menteri ESDM, dan SKK Migas seperti itu. Tapi anda semuanya tahu dua hari lalu OPEC tiba-tiba mengumumkan potong produksi 1 juta barel, karena tadi asumsinya terjadi resesi," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya