-
VIVA – Karbala, salah satu kota penting di Irak, yang jaraknya 100 kilometer sebelah barat daya Baghdad. Nama Karbala berasal dari etnis Assyria, Babilonia, dan Persia.
Namun, catatan sejarah menyebutkan nama Karbala dulunya berasal dari bahasa Aramaik, Karbela. Karbala berasal dari Karb yang berarti duka cita dan bala yang artinya bencana, atau dengan kata lain Karbala yang artinya duka cita dan bencana.
Karbala sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan kota-kota lain di Irak. Namun, yang membedakannya dengan kota lainnya, yaitu keberadaan makam Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW.
Husein bin Ali meninggal dunia, akibat pembantaian sadis oleh pasukan Kufah yang dipimpin oleh Umar bin Saad di Karbala hari ke-10 bulan Muharram dalam kalender Hijriyah tahun 680 M. Disebutkan dalam beberapa riwayat kepalanya sampai terpisah dari badannya.
Peristiwa itu telah terjadi lebih dari 1350 tahun silam, dan oleh karena itu. Husein bin Ali bin Abi Thalib dianggap Muslim Syiah sebagai Imam Syiah ke-3. Dari wafatnya Husein inilah awal digelar peringatan yang kemudian terkenal dengan Hari Asyura (10 Muharram).
Hari Asyura begitu penting bagi kalangan Syiah dan sebagian sufi, karena hari itu sebagai hari bergabungnya atas kesyahidan Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW pada pertempuran Karbala tahun 61 H ( 680 M).
Hari Asyura di masa pra-Islam diperingati, sebagai hari raya resmi bangsa Arab. Pada masa itu disebutkan orang-orang melakukan ibadah puasa dan bersyukur menyambut Asyura penuh sukacita.
Hari Asyura tidak hanya dirayakan berpuasa, masyarakat Arab di setiap suku berpakaian baru dan menghias kota-kota mereka semenarik mungkin.
Baca Juga: Mengenal Kepercayaan Masyarakat Jahiliyah Pra-Islam
Sekelompok bangsa Arab yang dinamakan kelompok Yazidi merayakan penuh kegembiraan. Hari Asyura biasa dirayakan muslim Syiah.