Menerapkan Filanesia Lewat Indonesia Football Academy

Bambang Nurdiansyah
Sumber :
  • VIVA/Riki Ilham

VIVA – Bambang Nurdiansyah, pelatih yang sedang menempuh kursus kepelatihan AFC Pro menjadi direktur teknik di Indonesia Football Academy atau IFA. Modul latihan untuk anak usia di bawah sembilan hingga 17 tahun telah disiapkan.

Weekend ke Mana? Yuk, Nikmati Hidangan ala Gourmet Cocok Buat Temen Nongkrong

Banur -sapaan akrabnya- mengatakan, modul latihan yang dirancang untuk anak didik IFA berlandaskan filosofi sepakbola Indonesia (Filanesia) yang dibuat PSSI. Baginya, Filanesia merupakan sebuah gagasan yang bagus dan diakui oleh FIFA dan AFC.

Filanesia adalah satu dari empat kurikulum sepakbola sebuah negara Asia yang sudah diakui kalangan internasional. Tiga lainnya adalah filosofi sepakbola Jepang, Korea Selatan, dan Australia.

Kasus Temuan Mayat Bayi Tanah Abang, Polisi Tangkap Orang Tua

"Yang penting menurut saya, bukan banyaknya akademi, sekolahbola. Yang penting kualitasnya, siapa di dalamnya, siapa yang ngajarnya, itu yang penting. Kalau banyak saja, kuantitas saja, tanpa kurikulum yang jelas percuma," tutur Banur.

IFA memulai latihan perdananya pada Minggu 17 Februari 2019, di Lapangan International Sports Club of Indonesia (ISC), Ciputat, Tangerang Selatan. Puluhan anak-anak yang ikut serta tampak antusias mengikuti instruksi pelatih.

Saudi Arabia Permits All Types of Visas to Perform Umrah

Mendidik anak-anak usia dini, bagi Banur, bukan semata bertujuan untuk meraih prestasi. Bekal dalam diri menjunjung sportivitas menjadi yang paling utama diajarkannya.

"Di IFA, saya tujuannya bukan mencari kemenangan di setiap kejuaraan, tapi menciptakan pemain berkualitas. Apalagi, harus curi umur. Tidak!" tegas Banur, saat melalukan presentasi di hadapan para orangtua.

Dalam membentuk para pemain, Banur dibantu dua pelatih dengan lisensi A AFC, Alexander Sanunu dan Elly Idris. Keduanya memiliki pengalaman membesut tim profesional yang bermain di kompetisi kasta tertinggi Indonesia.

Mendidik di Luar Lapangan

Di era teknologi yang semakin maju, IFA tidak ingin ketinggalan. Mereka menciptakan aplikasi yang bisa diakses oleh para orang tua guna memonitor perkembangan sang anak.

Tujuan dari penciptaan aplikasi itu tentu saja agar pengawasan oleh orang tua tetap terjaga. Sehingga bila ada catatan kekurangan sang anak, bisa pula dibantu di rumah agar cepat bisa diatasi.

Pendiri IFA, Muhammad Indra Wahyudi menegaskan, dalam akademi ini tujuan utamanya adalah menciptakan pemain berbakat. Tetapi, mereka takkan melupakan pembentukan karakter profesional.

"Dari awal tujuan besar IFA adalah menciptakan pemain Indonesia yang punya karakter di dalam dan luar lapangan. Di dalam lapangan teknisnya ada lisensi tertinggi di Asia oleh Banur, di luar lapangan kita mendidik bagaimana pemain punya karakter positif seperti disiplin, tanggung jawab, leadership, bisa menangani tekanan. Itu yang kita bina," ujar Indra.

Banur menambahkan, salah satu program IFA yang membentuk karakter adalah menguatkan rasa respek kepada teman dan lawan. Bagian itu diambilnya dari sport development, sesi kursus lisensi AFC Pro yang instrukturnya berasal dari Jerman.

"Di IFA ini juga kita tidak hanya mengajari sepakbola saja, kita juga mengajari sport development. Bagaimana menghindari kekerasan di sepakbola, memiliki respek. Karena banyak pesepakbola Indonesia tewas diinjak teman sendiri karena apa? Tidak punya respek," katanya.

Terdapat tiga kategori usia dalam IFA. Bambini untuk anak-anak di bawah usia sembilan tahun, Future bagi mereka dalam rentang usia 10-13 tahun, dan academy untuk 14-17 tahun. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya