Mereka yang Bersinar dalam Kejujuran Industri Piala Presiden

Kapten Persija Jakarta, Ismed Sofyan (tengah) mengangkat trofi Piala Presiden
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/pd/18

VIVA – Piala Presiden 2018 sudah berakhir. Sejumlah cerita menarik tersaji dengan ujungnya, Persija Jakarta menjadi juara turnamen ini setelah mengalahkan Bali United dengan skor 3-0, Sabtu 17 Februari 2018, di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Hasil Liga 1: Bali United Lolos ke Championship Series Usai Tekuk Persebaya Surabaya

Bukan soal siapa yang juara. Tapi, cerita yang lebih menarik diulas adalah seperti apa makna Piala Presiden itu sendiri.

Turnamen ini sebenarnya bagaikan sebuah oase bagi industri sepakbola Indonesia. Gelaran ini, tak cuma menghadirkan sebuah hiburan menarik untuk para penggila bola, tapi juga menjadi ladang bagi beberapa pemain dan elemen lainnya.

Terpopuler: Sindiran Suporter Bali United, Media Asing Puji Indonesia

Kenapa ladang? Ibaratnya, Piala Presiden ini merupakan tanah garapan yang gembur dan mampu membuat berbagai tanaman di dalamnya berkembang serta merekah.

Dari segi teknis pertandingan, aturan yang disusun sebenarnya menguji kecerdasan pelatih dari setiap klub. Ya, di awal, tiap klub diwajibkan mendaftarkan tujuh pemain di bawah usia 23 tahun.

Spanduk Sindiran Suporter Bali United untuk Bhayangkara FC: Degradasi Karma 2017

Tak ada ketentuan pemain-pemain itu harus diturunkan atau tidak. Namun, jika ada aturan mendaftarkan tujuh pemain U-23, pasti ada masa di mana pelatih harus memainkan mereka.

Dari beberapa tim, tercatat ada tiga tim yang paling berani menurunkan pemain U-23. Mereka adalah Borneo FC, PSM Makassar, dan Bali United.

Tiga tim ini memang yang punya kebijakan paling menarik sepanjang gelaran Piala Presiden. Mereka membagi tim menjadi dua, karena menghadapi kompetisi pra musim yang berbeda.

Prestasi Borneo dan PSM memang tak terlalu bagus. Tapi, ada keuntungan yang mereka dapatkan dari kebijakan menurunkan amunisi muda di Piala Presiden.

"Banyak keuntungan yang didapat, dan kami punya banyak pemain muda potensial. Mereka bisa merasakan langsung bagaimana tekanan di laga profesional. Selama ini, mereka cuma tampil di ajang uji coba," kata asisten pelatih Borneo, Kurniawan Dwi Yulianto.

Ketiganya memang menjadi tim paling berani menurunkan pemain U-23. Tapi, bukan berarti tim lain tak berani menurunkan pemain U-23, meski skalanya lebih kecil.

Sriwijaya FC adalah salah satunya. Apa yang dilakukan pelatih Rahmad Darmawan di Sriwijaya, sebenarnya sangat jeli. RD (sapaannya) berani menjadikan Syahrian Abimanyu sebagai pemain utama sepanjang Piala Presiden.

Tentu, ini menjadi keputusan yang menarik untuk disorot. Terlebih, RD memberikan kepercayaan kepada Abi untuk menjadi eksekutor bola mati Sriwijaya, bersama Adam Alis dan Esteban Vizcarra.

"Abi, satu dari 30 pemain yang saya miliki. Performanya dalam latihan memuaskan dan bisa menyaingi seniornya. Saya memang selalu memberikan kesempatan ke semua pemain, demi berkompetisi," kata RD.

"Kinerjanya di setiap pertandingan bagus. Dia menjalankan tugas dengan baik. Hanya saja, ada beberapa kekurangan yang harus segera diperbaiki Abi. Prospektif, benar sekali. Tugas kita semua sekarang adalah menjaganya," lanjut dia.

Gelandang muda Sriwijaya FC, Syahrian Abimanyu

Abi memang bersinar. Namun, dia bukanlah pemain muda terbaik di Piala Presiden.

Sosok Rezaldi Hehanusa adalah peraih predikat tersebut. Bule (begitu sapaannya) dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Presiden lantaran kontribusinya untuk Persija Jakarta.

Hadirnya Bule di sektor pertahanan Persija memang sangat sentral. Dia mampu menjawab kebutuhan Persija akan sosok bek sayap tangguh, selain Ismed Sofyan.

Tak cuma piawai dalam bertahan. Bule juga mampu memberikan kontribusi saat Persija membangun serangan.

Sebenarnya, masih banyak lagi pemain muda yang berkembang di Piala Presiden. Nama Muhammad Arfan (PSM Makassar) dan Septian david Maulana (Mitra Kukar) jadi pemain muda lainnya yang tumbuh subur di atas tanah gembur ini.

Berimbas ke Timnas

Pelatih Timnas Indonesia U-22, Luis Milla

Muncul banyak pemain muda bertalenta, pastinya Timnas Indonesia bakal mendapatkan dampak pula dari gelaran ini.

Sepanjang Piala Presiden, pelatih Timnas, Luis Milla Aspas, memang sering datang untuk menyaksikan secara langsung pertandingan. Milla kerap ditemani para asistennya, Miguel Gandia dan Eduardo Perez.

Tak jarang, mereka dibuat terpukau dengan permainan beberapa penggawa muda di Piala Presiden.

Mereka yang bersinar pun mendapatkan panggilan untuk ikut dalam seleksi Timnas jelang Asian Games, yang digelar sejak Minggu 18 Februari 2018. Ada beberapa muka baru yang ikut.

Salah satunya adalah I Made Andhika Wijaya. Bek sayap milik Bali United ini performanya memang menjanjikan di Piala Presiden 2018. Maka, tak heran jika Milla memberikan kesempatan untuknya.

Nama Arfan yang melejit bersama PSM tak luput dari sorotan. Milla memanggilnya lagi di TC kali ini bersama Irfan Jaya dan pemain lainnya.

Dari segi agenda, memang Piala Presiden jadi satu-satunya media Milla menyeleksi pemain di awal 2018. Ditambah, aturan di Piala Presiden pun juga bisa membantu Milla dalam menyeleksi para pemain mudanya.

"Mereka menunjukkan performa yang luar biasa (sepanjang Piala Presiden)," terang Milla.

Gudang Rejeki Pedagang Kaki Lima

Digelar di berbagai kota, penyelenggara Piala Presiden memiliki sejumlah misi, selain memberikan hiburan sepakbola bagi para penikmatnya.

Pada Piala Presiden, pedagang kaki lima selalu dilibatkan. Tujuannya tak lain adalah untuk menjadi katalis dalam pertumbuhan ekonomi rakyat.

Sejak partai penyisihan hingga final, sudah puluhan ribu pedagang yang ambil bagian dalam ajang Piala Presiden.

Tentunya, mereka dapat keuntungan yang begitu besar. Bagaimana tidak, sebanyak 423.114 orang hadir menonton gelaran Piala Presiden yang dihelat pada 17 Januari hingga 17 Februari 2018 kemarin.

Dalam 31 hari, Piala Presiden sudah memberikan sejumlah keuntungan bagi para pedagang.

Data dari penyisihan grup, setidaknya para pedagang bisa mengumpulkan keuntungan rata-rata di angka Rp350 hingga Rp580 ribu. Hiburan rakyat yang juga jadi periuk nasi bagi pedagang.

"Kami mau berterima kasih kepada semua pihak, ini menjadi hiburan rakyat yang begitu menarik," kata Ketua Steering Committee, Maruarar Sirait.

Pelopor dan Model Sajian Menarik

Satu hal lain yang patut diapresiasi dalam penyelenggaraan Piala Presiden 2018 adalah, transparansi. Secara kemasan, Piala Presiden sudah menjadi sebuah sajian menarik.

Dalam sajian menarik pula, ada kejujuran dari panitia. Mereka secara blak-blakan mengumbar berbagai pemasukan dan pengeluaran dari turnamen pramusim ini.

Maruarar, usai final Piala Presiden 2018, Sabtu 17 Februari 2018, mengungkapkan jumlah pemasukan tiket yang didapat selama turnamen.

31 hari penyelenggaraan, tiket yang terjual senilai Rp20.299.447.000. Pemasukan lainnya adalah dari sponsor.

Total pemasukan sponsor pun diumbar Ara (sapaan Maruara). Sedikitnya, sponsor yang masuk dari gelaran ini tak kurang dari Rp50 miliar.

"Untung ya ada. Kira-kira sekitar Rp6 miliar. Kami mau terbuka, transparan. Dan tak ingin menutupinya. Semua akan dilaporkan," ujar Ara.

Kejujuran ini pun mendapatkan apresiasi dari Presiden Joko Widodo. Saat melaporkan hasil yang muncul dalam fase grup, Ara menyatakan Jokowi begitu menyambut positif kejujuran panitia Piala Presiden.

"Presiden Jokowi sangat mengapresiasi para sponsor yang sudah membantu terselenggaranya ajang Piala Presiden 2018. Ajang ini sama sekali tak mengandalkan uang negara. Ini juga menjadi bukti bahwa sepakbola Indonesia mampu menarik minat sponsor swasta," kata Ara.

"Industri seperti ini harus dijaga. Ajang Piala Presiden harus menjadi contoh yang baik untuk turnamen atau kompetisi resmi sepak bola Indonesia," lanjut dia.

Transparansi dalam Piala Presiden selayaknya bisa jadi sebuah cerminan dalam penyelenggaraan kompetisi di Indonesia.

Ya, selama ini, memang cukup sulit untuk mendapatkan data resmi terkait berapa jumlah perputaran uang yang terjadi selama kompetisi. Sudah seharusnya, di era keterbukaan ini, publik tahu berapa uang yang keluar dari berjalannya kompetisi.

Dari kejujuran pula, bangsa ini bisa memetik hasil manis dari sebuah perjuangan. Khususnya sepakbola, kejujuran memang diperlukan dalam sektor industri dan teknis permainannya.

Tak ada intrik atau kepentingan lain, akan menjadikan sepakbola Indonesia menjadi lebih baik. Dan dari Piala Presiden, kita bisa berkaca. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya