Galau Liga 1 di Bawah Kuasa PSSI

Trofi Liga 1 2018
Sumber :
  • PT LIB

VIVA – PT Liga Indonesia Baru (LIB) memutuskan penundaan Liga 1 2019. Mundurnya memang tidak lama, cuma sepekan dari yang ditentukan di awal, menjadi 15 Mei 2019, tapi tentu meninggalkan tanda tanya besar.

Langkah Tegas PSSI Basmi Sepakbola Gajah di Liga 3

Direktur PT LIB, Dirk Soplanit beralasan, pengunduran ini karena berkaca dari polemik perizinan yang dialami Persija Jakarta kala menjamu Ceres Negros dalam lanjutan Grup G Piala AFC di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Selasa 23 April 2019.

Izin kepolisian sempat terkatung-katung antara boleh dengan penonton atau tidak. Meski beberapa jam sebelum pertandingan dimulai, aparat keamanan memperbolehkan penonton untuk hadir langsung.

Pemain Keturunan Bisa Bela Timnas U-19 di Piala Dunia U-20, Siapa Dia?

"Pertama, (pengunduran) ini permintaan klub sendiri untuk mengantisipasi, karena kemarin kan baru kejadian Persija boleh bertanding lawan Ceres, tapi izinnya berubah-ubah. Nah, apakah keadaan itu sudah berbeda atau masih sama," kata Dirk, Rabu 24 April 2019.

Bagi Dirk, momen penundaan ini juga berguna bagi jajarannya. Sebab, mereka memiliki waktu lebih untuk mencari sponsor kompetisi kasta tertinggi dalam sepakbola Indonesia ini.

Persib Bandung Waspadai Kekuatan Lini Depan MU

"Oleh sebabnya, untuk mengantisipasi hal itu, lebih baik kami menyikapi dengan penundaan apabila itu memungkinkan dari internal, dan itu memungkinkan. Kedua, penundaan ini membuka peluang untuk kami melakukan pembicaraan dengan pihak sponsor supaya ada tambahan," imbuhnya.

Dikonfirmasi secara terpisah, Chief Executive Officer (CEO) Bali United, Yabes Tanuri memberi penjelasan yang sedikit berbeda. Meski tidak hadir langsung, tapi dari laporan yang diterima, justru klub sempat terpecah menjadi dua.

"Saya tidak ikut dalam pertemuan dengan LIB di Jakarta, tapi saya mendapat laporan dari direksi awalnya sebagian klub peserta terpecah dua, ada yang setuju diundur dan ada juga yang tidak setuju," tutur Yabes kepada VIVA.

Hingga akhirnya klub semua setuju dengan penundaan ini disebutkan Yabes karena cuma sepekan. Dan diharapkannya, keputusan ini menjadi yang terbaik sehingga Liga 1 2019 berjalan dengan lancar ke depannya.

"Tapi setelah mengetahui ditundanya hanya satu pekan, maka kami setuju karena enggak ada masalah kalau mundurnya cuma satu pekan. Yang jelas, kami ikut dengan keputusan yang terbaik," ujarnya.

Jadwal Pasti Padat

CEO PSM Makassar, Munafri Arifuddin memberi tanggapan agak santai. Menurut dia, jika memang kompetisi harus diundur tetaplah diikuti. Sebab, ditakutkan jika dipaksakan malah berdampak buruk.

Tapi, pria yang akrab disapa Appi itu menegaskan pihaknya menjadikan awal Liga 1 musim ini dimulai pada Mei sebagai harga mati. Karena dia tak ingin terlalu lama tanpa kepastian.

"Pada intinya kami mau Liga 1 2019 bergulir di bulan Mei nanti. Jangan juga dipaksakan mulai kalau memang harus diundur, karena bisa berdampak panjang bagi klub atau penyelenggaraan," kata Munafri.

Ditambahkannya, jika memang awal kompetisi molor, tapi akhirnya harus seperti biasa, yakni paling lambat pekan kedua Desember. Mengingat sebagian pemain asing biasanya pulang ke negara asal untuk merayakan Natal dan Tahun Baru, serta beberapa kontrak pemain berakhir di akhir Desember.

"Kami tidak mau Liga 1 tidak selesai pada bulan Desember karena banyak pemain asing yang harus kembali ke negaranya untuk merayakan hari Natal. Belum lagi soal kontrak pemain yang banyak selesai di akhir Desember," tuturnya.

Dengan keinginan tersebut, menjadi menarik melihat rancangan jadwal yang bakal dibuat PT LIB. Sudah barang tentu, setiap tim akan menjalankan jadwal yang amat padat.

Di Indonesia, biasanya pada hari raya dan tanggal tertentu, pertandingan harus juga ikut berhenti. Hal itulah yang menjadi salah satu kekhawatiran Bali United.

"Sejauh ini, kami tidak keberatan dengan jadwal yang sudah dibuat. Tapi, kami mengantisipasi jadwal pertandingan kandang yang kemungkinan besar bentrok dengan hari raya seperti Galungan, Kuningan, dan Nyepi," ujar Yabes.

Bukan Kegalauan Pertama Kali

Sejak tongkat kepemimpinan PT LIB diambil alih oleh Dirk dan Gusti Randa sebagai Komisaris, keraguan-keraguan perlahan muncul. Bukan tanpa alasan, mengingat kedua orang itu juga anggota Komite Eksekutif PSSI.

Sementara ini saja, PSSI masih belum merampungkan agenda persiapan Kongres Luar Biasa (KLB). Mereka juga harus menghadapi sejumlah permasalahan, terutama buruknya kondisi finansial.

Sejak resmi ditunjuk mengisi jabatan manajemen ad interim, langkah drastis diambil oleh Dirk. Dia memutuskan memberhentikan Risha Adi Wijaya dari jabatan CEO PT LIB, dan Tigor Shalomboboy yang menjabat sebagi Chief Operational Officer (COO).

CEO Semen Padang, Rinol Thamrin pernah mengungkapkan kerisauannya dengan kondisi PT LIB saat ini. Dia berharap, meski keputusan itu sebagai bentuk aksi korporasi, tapi semoga tidak menjadi blunder.

"Kalau bicara ideal, mana ada sih perusahaan yang komisaris satu direksi satu.  Dasar mereka kan ini karena memang diambil alih untuk aksi penyelamatan. Cuma mudah-mudahan tidak blunder," tutur Rinol.

Di tengah ketidakpastian ini, sebenarnya klub yang menjadi korban. Sebab, mereka sejak jauh hari sudah mengontrak pemain dan menjalin kesepakatan dengan sponsor.

Semen Padang dikatakan Rinol sudah mulai merasakan dampak negatif. Karena beberapa sponsor mereka yang sedianya positif, memilih untuk menahan diri.

"Di tengah ketidakpastian, kami harus menggaji pemain. Belum lagi, sponsor yang karena merasa tidak nyaman, mereka menahan dulu. Ada juga yang mundur walau kami sudah sepakat. Saya tidak ingin situasi ini bertahan lama dan ada lagi sponsor yang mundur," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya