Benarkah Teknologi Akan 'Gilas' Manusia?

Ilustrasi Revolusi Industri 4.0.
Sumber :
  • www.pixabay.com/geralt

VIVA – Pesatnya perkembangan teknologi saat ini diprediksi menggantikan tenaga manusia. Terlebih, memasuki era revolusi industri keempat, bukan tidak mungkin, perusahaan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal.

Chairman Indonesia Human Resource Summit, Shauqi Gombang Aleyandra, mengakui bahwa ada beberapa sektor pekerjaan dalam industri yang akan diganti oleh teknologi.

Hanya saja, kata dia, dari hasil penelitian hingga satu dekade ke depan, paling banyak hanya sekitar 15 persen saja teknologi yang menggantikan peran manusia.

Menurutnya, berdasarkan hasil penelitian McKinsey Global Institute menyatakan hanya sekitar 5 persen dari total pekerjaan yang ada saat ini yang dapat diotomasikan secara penuh. Bahkan, hingga 10 tahun ke depan, peran teknologi di industri maksimal hanya 15 persen.

Dengan kata lain, Aleyandra melanjutkan, peran manusia sebagai tenaga kerja masih belum dapat tergantikan.  Hanya saja, kemampuan manusia untuk dapat bekerja dan beradaptasi dengan teknologi merupakan hal yang tak bisa dielakkan.

“Tenaga kerja harus didorong untuk meraih puncak prestasinya seperti kreativitas, inovasi dan intuisi. Teknologi tidak dapat menggantikan kinerja manusia, tapi lebih mendorong manusia untuk lebih kreatif, inovatif dan intuitif," kata dia di Denpasar, Bali, Senin, 17 September 2018.

Kendati demikian, meski 15 persen tenaga manusia terganti oleh teknologi, namun hanya di sektor industri tertentu saja seperti kilang minyak dan pabrik. Untuk kilang minyak di laut lepas misalnya, tidak ada manusia yang mengoperasikannya secara langsung.

"Semuanya menggunakan kecanggihan teknologi yang dikendalikan manusia dari darat. Teknologi jangan dianggap sebuah ancaman, melainkan alat bantu bagi manusia untuk meningkatkan kualitas diri dan pekerjaannya," jelas dia.

Geger! Seorang Pria di Tebing Tinggi Ngaku Sebagai Nabi, Minta Agama Islam Dibubarkan

Pada kesempatan yang sama, Wakil Kepala SKK Migas, Sukandar, menjelaskan, dunia saat ini tengah bersiap menghadapi transformasi besar dalam bisnis industri, yakni revolusi industri 4.0.

"Teknologi hanya mengubah dari tingkat kemampuan rendah menjadi kemampuan teknologi yang cukup kompleks. Jadi, potensi manusia yang mesti dioptimalkan. Teknologi dan otomasi tetap dibutuhkan. Itu suatu keharusan. Tapi tetap ada programmer dan operatornya. Itu tenaga manusia," kata Sukandar, mempertegas.

Lebih Pilih Agnostik, Denny Sumargo Akui Masih Nunggu Hidayah untuk Menjadi Mualaf
Jayabaya.

Jayabaya Ramal Kemunculan Gempa Besar hingga Renggut Korban Jiwa, Begini Terjemahannya

Jayabaya dahulu telah menakwilkan ancaman tragedi besar dalam wujud gempa bumi yang menelan banyak nyawa. Namun, akan ada pula Satria Piningit dalam ramalannya.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024