Ramai Tagar #FisipolUGMngawur, Begini Sebabnya

Peta percakapan Drone Emprit soal topik KPU
Sumber :
  • Dokumen Drone Emprit

VIVA – Tanda pagar #FisipolUGMngawur populer dalam daftar trending topic Twitter pada Sabtu malam 27 April 2019. Pantauan VIVA, tagar ini mula memasuki daftar puncak trending topic Twitter pada Sabtu petang, 27 April 2019. Tagar ini dengan cepat memuncaki daftar topik di Twitter.   

Gol Perdana 'Bang Jay' di Timnas Indonesia, Netizen Beri Pujian

Postingan yang menggunakan tagar tersebut sebagian besar menyindir hasil riset Fisipol UGM soal riset postingan ketidakpercayaan ke KPU. Beberapa sindiran mengaitkan postingan soal 'robot' dengan menyertakan tagar #FisipolUGMngawur.

Tagar itu jika dilacak merupakan jawaban atas rilis Penelitian Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM Yogyakarta tentang postingan soal ketidakpercayaan pada KPU. Riset Fisipol UGM itu menemukan, lebih dari 50 persen postingan ketidakpercayaan ke KPU di Twitter dikirim dari akun robot.

Jay Idzes Jadi Sorotan Usai Indonesia Bekuk Vietnam, Bek Liga Italia Memang Beda!

Dalam riset tersebut, penelitian Fisipol UGM itu menemukan ada 4.405 postingan soal ketidakpercayaan pada KPU. Dari total postingan itu, lebih dari setengahnya digerakkan oleh akun robot.

Klaim riset Fisipol UGM itu dibantah oleh data analisis percakapan media sosial Drone Emprit. Dalam pengamatan periode 22 Maret-1 April 2019, Drone Emprit menunjukkan percakapan soal ketidakpercayaan pada KPU muncul salah satunya dengan tagar #IndonesiaCallObservers.

Facebook dan Instagram Down! Pengguna Ngeluh di X dan Jadi Trending Topic

Data Drone Emprit, percakapan di Twitter dalam periode tersebut yang menyertakan tagar #IndonesiaCallObservers menghasilkan total 333,5 ribu percakapan. Malah pada periode tersebut, tagar ini memuncaki percakapan pada 25 Maret 2019, dengan menghasilkan 172 ribu lebih postingan dalam sehari.

Pendiri dan analis Drone Emprit, Ismail Fahmi mengatakan, tagar #IndonesiaCallObservers membawa narasi kejujuran dan netralitas KPU dipertanyakan, sehingga mereka yang  mengangkat tagar tersebut memanggil pengawas internasional Pemilu untuk terjun. 

Bahkan percakapan dengan tagar ini secara khusus mengundang Carter Center agar terjun mengamati Pemilu di Indonesia.

Ismail mencatat, tagar #IndonesiaCallsObservers, terlihat percakapannya sangat tinggi. Hal ini memperlihatkan narasi 'ketidakpercayaan' ini menjadi agenda yang sangat penting.

"Jadi bisa disimpulkan bahwa memang ada opini yang dibangun secara masif sebelum masa pencoblosan bahwa KPU dipertanyakan kejujuran dan netralitasnya," tulis Ismail dalam blog Drone Emprit, dikutip Sabtu, 27 April 2019. 

Dari data Drone Emprit, Ismail mengungkapkan tagar dan narasi yang digaungkan #IndonesiaCallObservers digerakkan oleh kluster pendukung capres 02. Pola persebaran postingan tagar ini yakni digerakkan oleh top influencer kubu 02 dan diikuti oleh pendukung 02.

Ismail mengungkapkan, data Drone Emprit malah membantah apa yang ditemukan oleh Departemen Fisipil UGM. Data dana analisis Drone Emprit menunjukkan, percakapan dengan tagar #Indonesia CallObservers tercipta secara organik. 

"Jika persentase tersebut (50 persen ketidakpercayaan ke KPU dibuat akun robot) diterapkan pada data Drone Emprit, maka akun robot harus membuat sebanyak lebih dari 166 ribu percakapan dalam 10 hari, atau 86 ribu percakapan khusus pada 25 Maret 2019 saja," jelasnya. 

Ismial menuliskan, jumlah percakapan tersebut termasuk jumlah yang sangat besar, jika dilakukan oleh robot maka akan mudah terdeteksi oleh algoritma Twitter.

Di samping itu, kata Ismail, untuk menghasilkan trending topic dunia, diperlukan jumlah akun unik yang sangat besar dan terdistribusi di lokasi yang luas. Artinya, sulit ini dilakukan oleh robot.

Analisis tingkat interaksi postingan dengan tagar #IndonesiaCallObservers menunjukkan 5,92 interaksi per postingan. 

"Dalam pengalaman analisis kami, angka ini menunjukkan interaksi yang lebih natural dari akun-akun riil. Interaksi oleh robot biasanya memiliki rate yang sangat rendah, seperti kurang dari 2 interaksi per twit," ujar Ismail. 

Hasil uji robot menggunakan situs Botometer untuk beberapa akun yang paling banyak mengirim postingan tentang  #IndonesiaCallsObservers menunjukkan, bahwa mereka ternyata akun asli. 

Akun yang sangat aktif melakukan retweet, reply, dan juga posting twit baru, yang cenderung militan mengikuti instruksi dari komando top influencer mereka.

Dari peta analisis media sosial tentang #IndonesiaCallsObservers juga tampak, akun-akun itu membentuk sebuah kluster tunggal, yang menandakan mereka saling berinteraksi. 

"Jika banyak robot, mereka biasanya membentuk kluster tersendiri yang berada di luar kluster akun riil, karena robot cenderung tidak berinteraksi. Jadi berdasarkan analisis di atas, Drone Emprit gagal membuktikan klaim bahwa 50 persen lebih percakapan tentang 'ketidakpercayaan' kepada KPU didominasi oleh robot," tulis Ismail. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya