Fakta Sains Menakjubkan di Balik Puasa Ramadan

Ilustrasi puasa.
Sumber :
  • inmagine

VIVA – Ramadan dimulai hari ini. Umat Islam di seluruh dunia menjalani ibadah puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Bulan Ramadan juga menjadi ajang latihan untuk menahan hawa nafsu hedonis materialistis dan mendapatkan kedekatan spiritual dengan Tuhan.

Bukan Cuma Rancang Busana, IFPC Lahirkan Pengusaha Mode Muda Indonesia

Meski puasa adalah panggilan ibadah, namun seringkali dalam praktiknya menimbulkan pertanyaan, misalnya: bagaimana mungkin menjalani aktivitas di siang hari selama sebulan tanpa asupan sama sekali? Bukankah ini membuat lemas?

Tanpa mengesampingkan reaksi fisik kebanyakan Muslim yang melemah ketika berpuasa, sejumlah ilmuwan juga telah melakukan penelitian.

Akhiri Masa Siaga, PLN Sukses Layani Kelistrikan Nasional Selama Idul Fitri 2024

Mengutip dari Newstatesman, Senin, 6 Mei 2019, ilmuwan telah menemukan bahwa ada manfaat fisik yang bisa diperoleh melalui perjuangan lapar dan haus. Berkurangnya frekuensi makan diketahui dapat membuat tubuh kehilangan lemak. Sementara penelitian menunjukkan pengurangan asupan cairan selama 30 hari tidak memiliki efek negatif pada kesehatan manusia. 

Studi lebih lanjut telah menemukan bahwa subjek yang menjalani puasa spesifik Ramadan menunjukkan penurunan kadar kolesterol dan LDL, yang menjadi dua faktor risiko dalam pengembangan penyakit kardiovaskular.

Mudik Lebaran 2024 Dinilai Beri Dampak Positif untuk Perekonomian Indonesia

Sebuah temuan penelitian yang beredar luas menunjukkan bahwa puasa selama tiga hari dapat memiliki efek yang luar biasa pada sistem kekebalan tubuh. Para peneliti juga mendapati puasa memungkinkan sel induk untuk mulai memompa sel darah putih baru, sehingga memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, lantaran terbukti bermanfaat bagi kesehatan, metode puasa juga menjadi konsep dasar dalam sejumlah terapi dan diet, meski pelaksanaannya tidak seperti puasa umat Muslim. Di antaranya yang cukup populer adalah puasa OCD, dan intermitten. OCD menyarankan untuk berpuasa dengan membatasi kalori di jam tertentu. Sedangkan intermitten menerapkan diet 5:2, dimana lima hari dalam seminggu boleh makan seperti biasa, namun dua hari sisanya harus hanya mengonsumsi 500-600 kalori per 24 jam.

Ilustrasi perut buncit

5 Tips Ampuh untuk Hilangkan Lemak Perut yang Bikin Susah Gerak

Lemak perut seringkali menjadi momok bagi orang dewasa. Selain mengganggu penampilan dan membatasi gerak, ternyata lemak perut juga menyimpan bahaya kesehatan yang serius

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024