Facebook Belum Aman

WhatsApp dan Facebook.
Sumber :
  • Kaspersky

VIVA – Padamnya WhatsApp, Facebook, dan Instagram secara bersamaan selama 6 jam pada Senin malam, 4 Oktober kemarin menimbulkan pertanyaan pengguna di seluruh dunia. Grup media sosial besutan Mark Zuckerberg itu tidak menyebutkan alasan tumbangnya ketiga platform terpopuler tersebut.

Berawal dari Hobi Pakai Brand Mewah, Selebgram Berusia 70 Tahun Ini Debut di Paris Fashion Week

Vice President Infrastructure Facebook, Santosh Janardhan, mengaku menemukan perubahan konfigurasi pada router backbone yang mengkoordinasikan lalu lintas jaringan antara data center (pusat data) menjadi biang kerok gangguan.

"Tim teknik kami telah mengetahui bahwa perubahan konfigurasi pada router backbone yang mengoordinasikan lalu lintas jaringan antara pusat data kami menyebabkan masalah yang mengganggu komunikasi ini. Gangguan pada lalu lintas jaringan ini punya efek berjenjang pada cara pusat data kami berkomunikasi, sehingga menghentikan layanan kami," ungkap Janardhan, seperti dikutip VIVA Tekno dari situs Russia Today, Rabu, 6 Oktober 2021.

Video Pengendara Motor Tertabrak Pikap, Terpental hingga Masuk Selokan

Ia menambahkan penyebab utama pemadaman ini juga mempengaruhi banyak alat dan sistem internal yang digunakan tim teknik Facebook dalam operasi sehari-hari, sehingga mempersulit upaya mereka untuk mendiagnosis dan menyelesaikan masalah dengan cepat.

Di sisi lain, muncul laporan bahwa sebanyak 1,5 miliar data pengguna Facebook dilaporkan ditawarkan di dark web. Laporan itu dipaparkan oleh situs berita keamanan siber Privacy Affairs.

Apple Deletes WhatsApp from App Store in China

Menurut laporan mereka, penawaran data itu mencakup ID pengguna, nama asli, alamat email, nomor telepon, hingga lokasi pengguna. Disebutkan si penjual mematok harga sekitar US$5 ribu (sekitar Rp71 juta) per sejuta nama, seperti dikutip dari Sputniknews.

Privacy Affairs memberitakan, data itu diduga asli dengan si penjual mendapatkannya melalui metode scrapping. Singkatnya, si penawar mendapatkan informasi yang dipampang pengguna secara publik, atau memanfaatkan aplikasi atau kuis untuk memperoleh akses.

Mereka juga menyebut 1,5 miliar data Facebook yang ditawarkan ke dark web merupakan pencurian paling signifikan saat ini. Akses ilegal ini disebut tiga kali lebih besar ketika terjadi kebocoran 533 juta data telepon pada April 2021. Saat itu, Facebook menyatakan data tersebut merupakan data lama, dan kerentanan keamanan sudah ditambal sejak 2019.

Menanggapi laporan itu, Janardhan menegaskan tidak ada bukti kuat yang mengarah pada kebocoran data pengguna. "Kami ingin menegaskan di sini bahwa kami yakin akar masalah penyebab pemadaman adalah perubahan konfigurasi yang salah. Kami juga tidak memiliki bukti data pengguna telah disusupi peretas (hacker) sebagai akibat dari tidak beroperasinya Facebook, WhatsApp, dan Instagram," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya