Jangan Terlalu Stres, Kasihan Memori Otakmu

Ilustrasi wanita/marah/stres.
Sumber :
  • Freepik/wayhomestudio

VIVA Tekno – Merasakan tegang secara emosional tidak menjadi perasaan yang menyenangkan. Tapi temuan baru mengatakan bahwa sedikit stres sebenarnya dapat membantu ingatan jangka pendek.

Pakar Ingatkan Bahaya Screen Time, Ini Durasi yang Disarankan untuk Anak Main Gadget Bun!

Hormesis adalah efek stimulasi dari stresor dosis sedang, stimulasi sistem yang disebabkan oleh pengaruh eksternal yang tidak cukup kuat untuk menyebabkan kerusakan. Sebuah studi baru menguraikan teori ini di bidang psikologis.

Para peneliti di University of Georgia telah menganalisis dampak stres pada ingatan orang.
Dalam studi mereka, peneliti mengumpulkan informasi dari 1.200 peserta yang menjawab kuesioner, menjelaskan secara rinci tingkat stres dan dampaknya terhadap kehidupan. 

Masih Oke di Usia 43 Tahun, Wulan Guritno: Aku Jaga Penampilan Bukan Karena Ingin Cantik

Para peserta kemudian menjalani serangkaian tes yang mengukur perhatian dan ingatan mereka, menurut laman Sputnik News, Rabu, 4 Januari 2023.

"Temuan yang dibuktikan dalam penelitian ini menunjukkan manfaat kognitif dari paparan tingkat stres rendah-sedang. Kami berharap penelitian di masa depan dapat memajukan pemahaman kita tentang bagaimana hormesis dapat mendasari pengembangan adaptasi terhadap stres dan potensi ketahanan di antara individu yang tinggal di lingkungan yang penuh tekanan," kata para ilmuwan.

5 Fakta Penting tentang Gym untuk Kesehatan Tubuh hingga Kehidupan Seksual

Ternyata peserta dengan tingkat stres yang lebih tinggi memiliki aktivitas yang lebih sedikit di area otak yang bertanggung jawab untuk memori jangka pendek.

Ilustrasi stres

Photo :
  • Times of India

Sedangkan peserta dengan tingkat stres rendah hingga sedang memiliki lebih banyak aktivitas di area otak yang sama. Hasil kelompok kedua juga lebih baik.

Para peneliti mengklarifikasi bahwa mereka tidak mengukur tingkat stres peserta secara medis, menggunakan jawaban peserta sendiri untuk serangkaian pertanyaan yang telah dirancang sebelumnya untuk menilai mereka.

Gagasan bahwa stres dapat memberikan efek positif dan negatif pada kognisi manusia tergantung pada tingkat keparahannya yang berasal dari hipotesis hormesis, sebuah teori yang lahir dari toksikologi. 

Sementara validitas hormesis telah diperdebatkan di bidang lain, ini mendorong batas baru penelitian psikologis.

Pada tahun 2006, sebuah studi di antara hanya 20 orang dewasa yang sehat menemukan bahwa stres psikososial dapat merusak memori kerja, tetapi hanya ketika tingkat stres relatif tinggi. Jika lebih rendah, maka tidak ada efek yang terlihat.

Temuan menunjukkan stres lingkungan tidak selalu berbahaya bagi fungsi otak kita, tetapi apakah itu berarti membantu? Pada dosis yang cukup rendah, beberapa peneliti menduga hal itu mungkin terjadi.

Sejauh ini, hanya sedikit penelitian yang mengambil hipotesis hormesis dan tidak pernah secara langsung, tetapi hasil awalnya menarik untuk dipertimbangkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya