Live Shopping: Tantangan dan Peluang bagi UMKM

Ilustrasi live shopping.
Sumber :
  • Unsplash

VIVA Digital – TikTok Shop, platform social-commerce asal China, menjadi sorotan utama di Indonesia, khususnya bagi bisnis usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM.

Festival Semarapura Kembali Digelar, Pemkab Klungkung Siapkan Ribuan Seniman dan Booth UMKM

Berawal dari fenomena dominasi produk yang dijual di TikTok Shop ditawarkan dengan harga yang sangat kompetitif, bahkan di bawah harga pasaran.

Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi pebisnis lokal. Pemerintah Indonesia turut mengungkapkan kekhawatiran bahwa harga barang impor dari China yang dijual di TikTok Shop dapat merusak harga domestik, atau dikenal sebagai praktik predatory pricing.

Ajak Netizen Pakai Medsos untuk Hal Positif, Aurelie Moeremans: Aku Banyak Banget Dapet Kerjaan

Akibatnya, pada 25 September 2023, pemerintah mengeluarkan pernyataan resmi untuk memblokir TikTok (sebagai platform media sosial) dan TikTok Shop (sebagai platform social-commerce) agar tidak berada di dalam satu aplikasi.

Hypefast, pelopor house of brands berbasis teknologi yang menaungi berbagai brand lokal di Indonesia dan investor aktif terhadap brand lokal, menggelar survei dengan para pemilik brand lokal untuk mendapatkan pandangan mereka mengenai dampak TikTok Shop terhadap bisnis brand yang mereka jalankan.

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

Berdasarkan data yang dihimpun oleh tim Think with Hypefast, 67 persen brand lokal telah memiliki TikTok Shop. Dari jumlah tersebut, 88 persen melakukan live streaming setidaknya sekali sehari.

Tokopedia.

Photo :
  • Misrohatun Hasanah

Vice President Men and Women Category Hypefast, Adinda Paramita Pandjaitan, melaporkan dewasa ini semakin banyak brand lokal yang telah memanfaatkan strategi baru live shopping. Salah satunya melalui kanal seperti TikTok Shop, baik untuk menghabiskan stok lama ataupun memasarkan produk baru.

Dalam konteks lebih luas, fenomena live shopping, baik platform media sosial seperti TikTok Shop, Instagram, dan Facebook yang lebih dahulu mempopulerkan cikal bakal social commerce, atau platform online marketplace seperti Lazada dan Tokopedia, mencerminkan bagaimana teknologi dan media sosial mengubah lanskap bisnis tradisional.

"Perubahan ini cukup signifikan bila dibandingkan dengan awal kemunculannya, ketika brand hanya menggunakan marketplace sebagai kanal penjualan saja dan media sosial sebagai kanal untuk memperkenalkan brand mereka pada pasar yang lebih luas," ungkap Adinda, Senin, 2 Oktober 2023.

Data lain yang diperoleh oleh tim Hypefast menunjukkan bahwa TikTok Shop berkontribusi sekitar 15-18 persen dari total omzet per bulan untuk brand lokal, tergantung dari kategori produk. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan September 2022, ketika kontribusi TikTok baru mencapai kurang-lebih sebanyak 3 persen.

Ilustrasi TikTok.

Photo :
  • Istimewa.

Data juga menunjukkan bahwa keuntungan dari penjualan di TikTok Shop justru diklaim lebih rendah 24 persen dibandingkan dengan kanal penjualan lain, seperti Tokopedia atau Lazada.

Tren live shopping di Indonesia, khususnya TikTok Shop, pada tahun ini meningkat pesat, baik dari sisi penjual maupun pembeli. Kehadiran Tiktok Shop juga menjadi ‘lapak baru’ bagi UMKM untuk dapat berkompetisi langsung dengan brand besar secara kreatif, lewat suguhan konten yang lucu dan menarik.

“Ini adalah bentuk tantangan bagi pelaku bisnis brand lokal untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan digital dan perilaku konsumen yang menyertainya,” tutur dia.

Persaingan yang sangat ketat dan seringkali mengakibatkan penurunan keuntungan dibanding tempat penjualan lain, menunjukkan bahwa adaptasi dan inovasi teknologi, terlepas apapun platformnya adalah kunci untuk bertahan dan berkembang di era digital.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya