- Live Science
VIVA.co.id – Siapa sangka, mainan yang sedang nge-tren saat ini bukan mengandung teknologi tinggi. Namanya fidget spinner, sebuah mainan kecil yang bisa diputar dengan jari.
Dari namanya sangat jelas, ‘fidget’ dalam bahasa Indonesia berarti gelisah atau cemas, sedangkan 'spinner' berarti pemutar. Secara umum, alat kecil seukuran jari ini dimainkan untuk mengusir rasa bosan atau cemas.
Mainan ini telah ada sejak lama dan mulai terkenal tahun ini di Indonesia. Namun di luar negeri, sudah banyak sekolah yang melarang fidget spinner.
Dilansir dari CBS News, fidget spinner terbuat dari plastik, memiliki tiga cabang berlubang. Pengguna bisa memutarnya hanya dengan menggunakan jari, dan memegang bagian tengah fidget spinner.
Live Science menulis jika banyak fidget spinner dipasarkan dengan tujuan untuk membantu para penderita kecemasan berlebihan, autisme dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Bahkan, salah satu penjual fidget spinner di Amazon.com menjanjikan penggunanya bisa memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, ditambah mampu memunculkan sifat jenius yang tersembunyi di dalam diri.
Sayangnya, banyak ilmuwan yang tidak setuju dengan pernyataan ini. Bahkan mereka cenderung menyebutnya sebagai hal yang berlebihan.
"Menggunakan fidger spinner lebih berfungsi sebagai pengalihan daripada memberikan manfaat bagi penderita ADHD," ujar Mark Rapport, psikolog dari University of Central Florida.
Meski fidget spinner disukai anak-anak, tidak demikian dengan para guru di sekolah. Guru menyebut benda itu sebagai permainan memutar yang sangat mengganggu konsentrasi.
Tidak heran jika kemudian beberapa sekolah di AS seperti SD di Kansas dan Illinois lebih memilih untuk melarang permainan itu masuk ke lingkungan sekolah.
Semua hal memang ada pro dan kontra. Apakah anda tertarik untu bermain fidget spinner?
5 Rekomendasi Permainan, Bisa Tingkatkan Motorik Kasar dan Halus Anak Berkebutuhan Khusus
Tak sedikit dari orang tua yang dianugerahi anak berkebutuhan khusus, termasuk Autism Spectrum Disorder atau autisme. Mereka tetap punya hak sama termasuk untuk bermain
