Enggak Semua Startup Harus Jadi Unicorn

Ilustrasi startup.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA – Dengan didorongnya e-commerce dan startup Indonesia untuk mencapai level unicorn dan Initial Public Offering (IPO), menjadi pembuktian industrinya terus tumbuh. 

Coldspace Hadirkan Teknologi Hybrid Cold Fulfillment Warehouse Pertama di Indonesia

"Unicorn itu kan kayak status dia sudah sampai level elit lah. Kedua, decacorn juga naik level lagi, masih ada lagi. Sah-sah saja untuk ada," kata Ketua Umum idEA, Ignatius Untung, di Jakarta, Senin, 14 Januari 2019. 

Namun dia mengingatkan sebaiknya jangan menjadikan suatu perusahaan unicorn, decacorn, atau IPO sebagai satu-satunya goal. 

Dari Dokter Hingga Pengusaha, Perjalanan Inspiratif Daniel Tanri Rannu

Alasannya, jangan sampai ada stereotype, startup yang bagus jika sudah ada di level unicorn, decacorn ataupun IPO. Para pelaku e-commerce juga harus tahu bahwa bukan satu-satunya gol menjadikan perusahaannya di tiga kelas itu. 

"Kalau kita ngomongin perusahaan offline aja, Djarum itu enggak IPO sampai sekarang. Tapi bisa membawa yang punya jadi orang nomor satu terkaya di Indonesia tanpa IPO. Gudang Garam nomor dua di bawahnya. Iya satu jalan tapi bukan segala-galanya," kata dia.

Sinar Mas Land Melalui Digital Hub bersama Xendit Gelar DNA VC Startup Connect

Menurutnya ada kesulitan e-commerce dengan konsep spesifik akan sulit menjadi unicorn. Perusahaan dengan consumer based besar bisa mendapatkan valuasi yang besar juga. 

Jika unicorn menjadi patokan, maka kasihan bagi para pemain e-commerce dengan bisnis vertikal. 

"Contoh make up, deh. Kan enggak semua pakai make-up yang laki-laki enggak. Trus kalau ngomongin perempuan enggak semua perempuan juga ngomongin make up," ujar Untung. 

Namun dirinya tidak menampik bahwa tidak ada nama baru bagi perusahaan yang sudah unicorn, decacorn ataupun IPO. 

Jika membicarakan soal bisnis mainstream, maka pemainnya pun akan sama saja. Dia mencontohkan hanya ada dua nama perusahaan transportasi online besar sekarang, yaitu Gojek dan Grab. 

"Market place kalau kita jumlah ada 12 yang besar. Nah, sepertinya sebesar-besarnya Indonesia enggak butuh sampai 12, akan ada yang gugur atau bahkan kalau semua 12 unicorn juga enggak mungkin," kata dia. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Korban OJK, Inarno Djajadi

OJK: 138 Perusahaan Bakal IPO di 2024

OJK mengungkapkan ada sebanyak 138 perusahaan yang masuk dalam pipeline penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering/IPO pada tahun ini.

img_title
VIVA.co.id
13 Mei 2024