Web 3.0: Apa yang perlu diketahui oleh pengembang

Web3.
Sumber :
  • blog.cryptostars.is

VIVA Tekno – Saat ini, perkembangan internet telah mengalami transformasi dari masa awal Web 1.0, di mana pengguna hanya dapat melakukan pembacaan dan melihat teks serta gambar yang statis hingga masa sekarang, Web 2.0, sebuah bentuk internet yang lebih interaktif yang memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dengan membaca dan menulis.

Ada Lampu Jalan di Jakarta Bisa Terkoneksi sama Internet

Dengan munculnya teknologi blockchain maka saatnya memasuki era baru dalam dunia internet, yaitu Web 3.0, yang tidak hanya memberikan kemampuan kepada pengguna untuk membaca dan menulis, tetapi juga untuk menjalankan dan memiliki data mereka sendiri.

Web 3.0 mendesentralisasikan data dan nilai di seluruh blockchain dengan kepemilikan dan kontrol terdistribusi, dan peningkatan pesatnya dalam 14 tahun terakhir menjanjikan internet yang sangat berbeda untuk generasi mendatang.

Pemerintah Sudah Kantongi Rp 112 Miliar Pajak Transaksi Kripto pada 2024

Meski demikian, transisi dari Web 2.0 ke Web 3.0 terbukti menantang bagi sebagian besar pengembang dan, terkadang pengguna, mengingat pesatnya kemajuan teknologi di Web 3.0.

Dari menulis kode dalam berbagai bahasa hingga membuat aplikasi di blockchain, banyak pengembang Web 2.0 bergulat dengan adaptasi terhadap nuansa lanskap Web 3.0 yang terdesentralisasi.

Kemenkominfo Gelar Kegiatan Chip In "Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berdaya"

Teknologi Blockchain dan turunannya.

Photo :
  • Dok. Istimewa

Namun, jalan menuju penguasaan tidaklah mudah. Ada tantangannya. Salah satu tantangan terbesar bagi pengembang Web 2.0 adalah memahami dan belajar bekerja dengan kontrak pintar, yang terbukti merupakan tantangan berat bagi sebagian besar pengembang.

Tidak seperti kode biasa, kontrak pintar adalah lapisan dasar blockchain yang secara otomatis mengeksekusi transaksi jika kondisi tertentu terpenuhi tanpa bantuan pihak ketiga.

Selain itu, beberapa blockchain mengharuskan pengembang untuk mempelajari bahasa pengkodean khusus Web 3.0 baru, seperti Solidity atau Rust, untuk membangun protokol Web 3.0 dan menulis kontrak pintar.

Terlepas dari prevalensi tantangan ini, beberapa platform mulai membantu pengembang memecahkan hambatan ini dengan menyediakan perangkat siap pakai untuk membangun aplikasi. Platform seperti Acala, Agoric atau Decentralized Finance Labs membuat komposisi dan pengembangan aplikasi terdesentralisasi menjadi lebih sederhana.

Faktor yang lebih menantang bagi pengembang Web 2.0 adalah masalah interoperabilitas dan kontrol data. Meskipun pengembang terbiasa membuat aplikasi Web 2.0 yang cocok untuk semua perangkat seluler, desktop, atau perangkat lainnya, DApps Web 3.0 mengharuskan pengembang untuk memilih blockchain terbaik untuk produk mereka.

Bitcoin, Etherium, dan aset kripto.

Photo :
  • Business Today

Menurut Direktur Hubungan dan Pengembangan Agoric Diego Lizarazo, transisi dari aplikasi Web 2.0 ke Web 3.0 memerlukan konversi dari gateway pembayaran langsung ke dompet mata uang kripto. Hal ini karena Web 3.0 menyediakan opsi tambahan untuk mengintegrasikan mata uang terdesentralisasi.

"Web3 merupakan ranah yang hampir tak terbatas untuk para developer menjelajahi peluang-peluang baru. Mulai dari keuangan terdesentralisasi, interoperabilitas, interaksi lintas rantai, kontrak pintar, dan kemampuan pemrograman. Platform kami berada dalam posisi yang sangat baik," kata dia Jumat, 13 Oktober 2023.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya