- VIVA/Agung Supriyanto
VIVA – Wacana pemindahkan ibu kota Indonesia menjadi buah bibir masyakarat. Dalam rapat kabinet terbatas, Senin 29 April 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan pemerintah ingin ibu kota pindah dari Jakarta. Dalam rapat tersebut, pemerintah menginginkan pengganti Jakarta posisinya di tengah-tengah Indonesia.
Jokowi menyiratkan, lokasi ibu kota baru yang ideal yakni di Kalimantan. Namun, Jokowi belum mau terburu-buru. Menurutnya, perlu pengkajian mendalam daya dukung lingkungan, ketersediaan air, dan mitigasi bencana untuk lokasi ibu kota baru.
Peneliti tsunami Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjokongko menilai, area yang aman untuk ibu kota baru yakni Pulau Kalimantan.
Lebih detail, Widjo menuturkan, lokasi yang aman dari berbagai bencana alam yakni Kalimantan Tengah.
"Jika dilihat dari gempa bumi, tsunami, megathrust (yang paling aman) Kalimantan Tengah. Kalimantan relatif aman," ujarnya kepada VIVA, Selasa 30 April 2019.
Namun, menurutnya, untuk menentukan ibu kota baru tidak cuma melihat zona aman dari bencana saja. Perlu faktor lain yang perlu dipertimbangkan yakni daya dukung lingkungan, persediaan energi dan air.
"Syaratnya harus ada itu faktor lingkungan dan persediaan energi dan air. Kalau Kalimantan belum tahu soal ketersediaan airnya. Saya tak punya data," tuturnya.
Meski masuk area yang aman dari bencana, menurut Widjo, Kalimantan punya risiko lain, yakni potensi ancaman banjir dan dampak asap dari kebakaran lahan dan hutan.
Widjo menyarankan untuk memindah ibu kota ke luar Jawa, pemerintah perlu memerhatikan lokasi atau kota yang risiko bahaya alamnya paling kecil.
"Dan itu mengerucut kotanya di Kalimantan," ujarnya. (ali)
