Penyebab Terjadinya Hujan Berlian

Ilustrasi hujan berlian.
Sumber :
  • Sciencealert.com

VIVA Tekno – Para ilmuwan percaya kombinasi cuaca aneh dan reaksi kimia yang tidak biasa menjadi penyebab adanya fenomena hujan berlian di Planet Saturnus dan Jupiter yang secara teratur.

Data atmosfer bersejarah untuk dua raksasa gas tersebut menunjukkan adanya karbon melimpah dalam bentuk kristal yang mempesona, seperti dikutip VIVA Digital dari situs Express, Senin, 3 Juli 2023.

Saat badai petir menyerang maka akan mengubah metana menjadi jelaga —karbon— yang mengeras saat jatuh, berubah menjadi bongkahan granit dan akhirnya menjadi berlian.

Para ilmuwan pertama kali menemukan fenomena tersebut pada 2013, yang menggambarkannya sebagai ‘batu hujan es berlian’ yang akhirnya meleleh menjadi lautan cair di inti panas kedua planet tersebut.

Berlian terbesar, menurut perkiraan mereka, akan berdiameter sekitar satu sentimeter. Kevin Baines, dari University of Wisconsin-Madison dan Jet Propulsion Laboratory NASA, mengatakan bahwa ini akan cukup besar untuk dipasang pada cincin.

Planet Jupiter dan Saturnus.

Photo :
  • KQED

Benda itu memiliki ukuran yang akan 'dibanggakan oleh mendiang aktris Elizabeth Taylor'. Intinya adalah bahwa 1.000 ton berlian per tahun dibuat di Saturnus.

“Orang-orang bertanya kepada saya bagaimana Anda bisa tahu? Karena tidak mungkin Anda bisa pergi dan mengamatinya. Semuanya bermuara pada chemistry. Dan kami cukup yakin," jelasnya. 

Penetrasi Asuransi di RI Masih Rendah, MSIG Life Genjot Inovasi Kesehatan dan Digital

Baines dan Mona Delitsky, dari California Specialty Engineering, melakukan penelitian untuk menentukan apakah raksasa Tata Surya menghujani berlian.

Mereka menganalisis prediksi suhu dan tekanan interior planet, serta melihat data tentang bagaimana karbon berperilaku dalam kondisi yang berbeda.

PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital

Peneliti menyimpulkan bahwa kristal berlian yang stabil akan turun di wilayah yang sangat luas khususnya Saturnus. Menurut Baines semuanya dimulai di bagian atas atmosfer, di lorong-lorong badai, di mana petir mengubah metana menjadi jelaga.

"Saat jelaga turun, tekanan di atasnya meningkat. Dan setelah sekitar 1.000 mil jelaga berubah menjadi grafit -bentuk karbon seperti lembaran yang Anda temukan di pensil," ujarnya.

Hadiri Digital and Intelligent APAC Congress 2024, Dave Laksono Bicara Infrastruktur Digital

Bongkahan grafit yang jatuh ini turun sekitar 6.000 km dan mengeras menjadi berlian yang kuat dan tidak reaktif. Mereka terus jatuh sejauh 30.000 km -sekitar dua setengah bentang Bumi.

"Begitu turun ke kedalaman ekstrem itu, tekanan dan suhunya sangat tinggi, tidak mungkin berlian bisa tetap padat. Sangat tidak pasti apa yang terjadi pada karbon di bawah sana," katanya.

Namun berlian tidak akan bertahan di Saturnus dan Jupiter, karena secara bertahap benda padat tersebut akan berubah menjadi lautan karbon cair.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya