Mengenang 100 Hari Wafatnya Prof Edi Sedyawati Budayawan Terkemuka Tanah Air

Prof Edi Sedyawati
Sumber :
  • Ist

VIVA Edukasi– Hari Jumat, 17 Februari 2023 memperingati 100 hari kepergian Prof Edi Sedyawati budayawan terkemuka Tanah Air. Diketahui bahwa Prof Edi Sedyawati meninggal dunia pada Jumat, 11 November 2022 menjelang tengah malam. 

Mengenal Tradisi Hantaran di Indonesia, Simbol Rasa Syukur dan Kasih Sayang

Acara memperingati 100 hari kepergian Prof Edi Sedyawati diselenggarakan oleh Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Jabodetabek secara daring.

Dalam acara peringatan 100 hari yang digelar secara daring ini, diikuti sebanyak 180-an yang terdiri dari rekan-rekan mendiang Prof Edi Sedyawati dan juga kedua putranya.

Kemenkominfo Gelar Kegiatan Chip In "Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berdaya"

Hadirin yang ikut dalam acara tersebut di antaranya Ketua Umum Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia Marsis Sutopo, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, dan Bondan Kanumoyoso Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengingat pesan yang diberikan mendiang Prof Edi Sedyawati yaitu salah satunya bekerja dengan hati. Sebab, dengan bekerja dengan hati maka pekerjaan akan menghasilkan yang maksimal.

Gandeng Sejumlah Kampus di Indonesia, Maxnovel Tumbuhkan Minat Baca Melalui Karya Fiksi

“Sering dalam pertemuan beliau mengingatkan bahwa kerja di kebudayaan ini pekerjaan istimewa. Yang paling penting bekerja dengan hati,” ujarnya dalam acara peringatan 100 hari alm Prof Edi Sedyawati, Jumat, 17 Februari 2023.

Selain itu, Wakil Rektor III Bidang Riset, Inovasi dan Pengabdian kepada Masyarakat IKJ, Madia Patra Ismar turut hadir di acara daring yang berlangsung pukul 19.00 WIB. Ada pula pembacaan puisi yang indah dari Eka Budianta berjudul Dalam Hening Candi, Tarianmu Abadi.

Kedua putra alm Prof Edy Sedyawati yakni Teguh Anantawikrama dan Bima Sinung hadir di acara tersebut. Kedua putra alm Prof Edy mengucap terimakasih diselenggarakan acara ini.

Bima Sinung nampak tak kuasa menahan air mata. Ia tak bisa berkata-kata saat diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kesan sosok sang ibu. Ia hanya bisa mengucap terimakasih kepada rekan-rekan mendiang ibundanya dan para kolega.

Sosok Prof Edi Sedyawati

Prof Edi Sedyawati

Photo :
  • Ist

Prof Edi Sedyawati lahir di Malang, 28 Oktober 1938. Semasa kecilnya, ia pernah tinggal di Semarang, Magelang dan Yogyakarta. Kemudian ia menetap di Jakarta pada tahun 1950.

Ia merupakan alumni Universitas Indonesia (UI) tahun 1961 fakultas Sastra sebagai sarjana muda. Kemudian ia juga lulus Doktorandus fakultas sastra di kampus yang sama tahun 1963.

Sebelum lulus, ia menjadi Asisten Perguruan Tinggi di UI tahun 1962. Sejak tahun 1963 hingga 2003, ia menjadi pengajar di UI.

Prof Edi Sedyawati meraih gelar Doktor di UI tahun 1985. Lalu, pada tahun 1992 ia dikukuhkan sebagai guru besar.

Prof. Dr. Edi Sedyawati adalah sosok yang selalu tersenyum, bertutur kata lembut, pemikir tangguh yang menembus batas ilmu-ilmu budaya, dan selalu konsisten dengan prinsip-prinsip pemikirannya. 

Selain itu, dia juga sosok ibu yang tangguh, yang punya cara sendiri dalam mendidik anak-anaknya, baik yang dilahirkan melalui rahimnya maupun yang “dilahirkan” melalui institusi pendidikan.

Dia juga seorang penari, aktivitas yang digelutinya sebagai hobi. Selama hidupnya, Prof Edi Sedyawati memiliki ketertarikan pada dunia arkeologi dan sastra.

Perjalanan karier

Prof Edi Sedyawati

Photo :
  • Ist

- Ketua Jurusan/Akademi Tari, LPKJ (1971-1977)
- Ketua Jurusan Arkeologi, Universitas Indonesia (1971-1974)
- Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (1971-1976)
- Anggota Dewan Pengurus Harian DKJ (1971-1974)
- Pembantu Dekan I Fakultas Kesenian, IKJ (1978-1980)
- Pembantu Rektor I Institut Kesenian Jakarta 1986-1989)
- Ketua Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra UI (1987-1993)
- Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, UI (1989-1993)
- Anggota Konsorsium/Komisi Disiplin Ilmu Seni (1990-wafat)
- Direktur Jenderal Kebudayaan, Depdikbud (1993-1999)
- Governor untuk Indonesia, Asia-Europe Foundation 1999-2001)
- Anggota Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) (1976-wafat)
- Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia Cabang Jakarta 1986-1990)
- Ketua I Masyarakat Sejarah Indonesia Pusat (1990-1993)
- Penasihat Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia/MSPI (1990-wafat
- Ketua HISKI Komisariat Cabang UI [1991-1993)
- Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Pusat (1993-1998, 1998-2000)

Penghargaan

- Chevalier dans I’Ordres des Arts et des Lettres dari Pemerintah Republik Perancis (1997).
- Bintang Mahaputera Utama dari Pemerintah Republik Indonesia (1998).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya