10 Kota Intoleran di Indonesia, Kota Terkenal Ini Masuk ke Daftar

Korban Intoleransi Beragama Gelar Demo
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Jakarta – Baru-baru ini, Setara Institute merilis Indeks Kota Toleran (IKT) 2023, yang bertujuan untuk mengevaluasi tingkat toleransi dan intoleransi di beberapa kota di Indonesia. IKT ini dirancang untuk memberikan gambaran tentang kinerja pemerintah kota dalam mengelola kerukunan, toleransi, wawasan kebangsaan, dan inklusi.

5 Kota dengan Biaya Hidup Termurah di Indonesia,Tegal Termasuk?

Dalam laporan studinya, SETARA Institute menggunakan empat variabel dan delapan indikator untuk menilai 94 kota di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa Singkawang di Kalimantan Barat menempati peringkat tertinggi sebagai kota paling toleran di Indonesia dengan skor 6,500 pada skala 1-7.

Ilustrasi Statistika

Photo :
  • Vecteezy.com
Krisis Populasi Jepang: Setengah Perempuan Muda Hilang di 40 persen Wilayah pada 2050

Di sisi lain, Depok dan Cilegon menduduki peringkat terendah sebagai kota paling tidak toleran di Indonesia karena mendapatkan skor terendah.

Menurut Direktur Eksekutif Setara Institute, Halili Hasan beberapa daerah yang tetap menempati posisi terbawah disebabkan masih memiliki persoalan serius dalam hal kepemimpinan untuk membangun ekosistem toleransi.

Terpopuler: 5 Kota Berbiaya Hidup Termahal di Indonesia, hingga Profil Mooryati Soedibyo

Ia menjelaskan, terdapat tiga aspek kepemimpinan yang penting dalam toleransi yaitu kepemimpinan politik, kepemimpinan birokrasi, dan kepemimpinan sosial.

Deretan Kota Intoleran di Indonesia

  1. Sabang, Aceh (Skor: 4,457)
  2. Bandar Lampung, Lampung (Skor: 4,450)
  3. Palembang, Sumatera Selatan (Skor: 4,433)
  4. Pekanbaru, Riau (Skor: 4,420)
  5. Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) Skor: 4,387
  6. Lhokseumawe, Aceh (Skor: 4,377)
  7. Padang, Sumatera Barat (Skor: 4,297)
  8. Banda Aceh, Aceh (Skor: 4,260)
  9. Cilegon, Banten (Skor: 4,193)
  10. Depok, Jawa Barat (Skor: 4,010)

Alasan Depok dan Cilegon Posisi Terendah

Dari riset yang sudah digelar satu tahun terakhir, 10 kota yang berada di urutan 10 terbawah tingkat toleransi rendah kemungkinan kepemimpinan politik, birokrasi, dan sosialnya belum bekerja dengan baik. 

Misalnya, para kepala daerah dinilai belum memiliki kebijakan dan tidak mengalokasikan anggaran untuk mendukung terciptanya situasi toleransi di daerah mereka.Ia juga memberikan contoh Cilegon yang sampai saat ini tidak memiliki satu pun gereja. Padahal, Cilegon merupakan bagian dari negara Indonesia yang menjunjung tinggi keberagaman suku, budaya, dan agama.

Cara pengukuran studi

Ilustrasi penelitian.

Photo :
  • What Works Centre for Crime Reduction - College of Policing

Dalam laporan tersebut, Setara Institute melibatkan 94 kota dari total 98 kota di seluruh Indonesia. Ada empat kota yang tereliminasi, yaitu kota-kota administrasi di DKI Jakarta karena digabungkan menjadi satu kota DKI Jakarta.

Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan empat variabel dan delapan indikator. Berikut rinciannya: 

  • Regulasi Pemerintah Kota: Rencana pembangunan dalam bentuk RPJMD dan produk hukum pendukung lainnya; dan ada tidaknya kebijakan diskriminatif.
  • Regulasi Sosial: Peristiwa intoleransi; dan dinamika masyarakat sipil terkait isu intoleransi.
  • Tindakan Pemerintah: Pernyataan pejabat kunci tentang peristiwa intoleransi; dan tindakan nyata terkait peristiwa. 
  • Demografi Sosio-Keagamaan: Heterogenitas keagamaan penduduk; dan inklusi sosial keagamaan.

Adapun sumber data penelitian diperoleh dari dokumen resmi pemerintah kota, data Badan Pusat Statistik (BPS), data Komnas Perempuan, data Setara Institute, dan referensi media terpilih. Pengumpulan data juga dilakukan melalui kuesioner self-assessment kepada seluruh pemerintah kota

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya