Pemimpin yang Diinginkan Allah: Keadilan dalam Kepemimpinan Menurut Pandangan Islam

Ilustrasi pemimpin.
Sumber :

Jakarta – Pemimpin yang diinginkan oleh Allah adalah yang memenuhi standar keadilan dan menjauhi perilaku zalim, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap rakyatnya. Kriteria ini ditegaskan dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Bukhari Muslim dalam buku yang membahas Resolusi Konflik dalam Masyarakat dengan Perspektif Perdamaian menurut Ajaran Al-Qur'an.

Kapan Bumi Kiamat?

Artinya: Dari Abu Said Al-Khudri RA: Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah Azza Wajalla dan yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, sedangkan manusia paling dibenci oleh Allah dan paling jauh tempat duduknya di hari kiamat adalah pemimpin yang zalim." (HR Tirmidzi).

Pemimpin yang adil adalah mereka yang mampu menegakkan keadilan tanpa pandang bulu, memperlakukan setiap individu sesuai dengan haknya tanpa diskriminasi.

Terkuak 5 Kejadian yang Terjadi di Dunia Dikaitkan Ketakutan soal Kiamat

Kaligrafi Allah

Photo :
  • Pixabay/ John1cse

Dalam karya "Akidah Akhlak" oleh Aminudin dan Harjan Syuhada, disebutkan bahwa keadilan terhadap orang lain terletak pada kemampuan untuk menempatkan mereka pada posisi yang layak. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang adil adalah mereka yang menghormati hak-hak warga, rakyatnya, dan bawahannya, serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Viral Penampakan Minimarket Warung Madura: Tutup Kalau Sudah Kiamat

Dengan mempraktikkan keadilan, seseorang akan menjadi sosok yang diinginkan Allah SWT sebagai pemimpin, yang berpotensi mendapat tempat terdekat di sisi-Nya.

Dalam hadits yang disitir dari "Jawahir Al-Bukhari" karya Musthafa Muhammad Imarah yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa pemimpin yang diinginkan oleh Allah SWT akan mendapat perlindungan di hari kiamat.

Pada hari itu, ketika seluruh umat manusia mulai dari Nabi Adam AS hingga manusia terakhir dikumpulkan di lapangan yang luas, dan matahari didekatkan kepada manusia, hanya naungan dari Allah SWT yang dapat memberikan perlindungan kepada mereka.

Artinya: "Ada tujuh orang yang dinaungi Allah dengan naungan-Nya pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu: pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Tuhannya, orang yang hatinya terpaut di masjid-masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah pun karena-Nya pula, dan seorang laki-laki yang diminta berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, tetapi ia mengatakan, 'Sesungguhnya aku takut kepada Allah', seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seorang yang berdzikir kepada Allah di tempat yang sunyi, lalu matanya mengucurkan (air mata)." (HR Bukhari)

Menurut penjelasan dalam buku Hidup untuk Tuhan, Rahasia Meraih Peradaban karya Risky Hardiansyah, sosok pemimpin yang dirindukan Allah SWT dalam hadits tersebut adalah pemimpin yang ketika di dunia ini senantiasa berusaha menegakkan keadilan.

Lafadz Allah di langit Kota Bogor, Jawa Barat.

Photo :

Untuk menjadi pemimpin yang dirindukan Allah SWT, lanjut penjelasan dalam buku tersebut, dia harus sadar bahwa apa yang ia terima mulai dari gaji hingga fasilitas kerja adalah pemberian dari rakyat yang ia pimpin. Oleh karena itu, semuanya harus digunakan sesuai dengan amanah.

Bukan malah sebaliknya, yang menggunakan kenikmatan yang diberikan oleh rakyatnya untuk memenuhi ketamakannya sendiri. Bahkan jika tidak melakukannya, maka setan akan mudah sekali membujuk ke jalan yang sesat. Jika demikian, maka ia termasuk orang yang paling dibenci oleh Allah SWT, sebagaimana hadits di atas.

Oleh karena itu, menjadi sosok pemimpin yang adil merupakan perkara yang amat berat. Sehingga, Rasulullah SAW menyebut pemimpin yang adil pertama kali dalam hadits itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya