Kisah Sopir Ambulans COVID-19, Aamir Tumpuk 6 Jenazah Sekali Angkut

ilustrasi taksi.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Seorang sopir taksi yang mengalami kesulitan memutuskan untuk mengubah pekerjaannya menjadi pengantar jenazah COVID-19 ke tempat pemakaman menggunakan mobil jenazah darurat.

Parto Patrio Terbaring dibawa Pakai Ambulans, Sakit Apa?

Muhammad Aamir Khan menumpuk jenazah satu dengan lainnya, seringkali enam jenazah dalam sekali antar, di dalam sebuah ambulans. Nama mereka tertulis menggunakan spidol permanen di atas kain kafan mereka.

Aamir bahkan sering mengangkut sendiri jenazah dari dan ke ambulans. Ia bisa bekerja 12 jam sehari, biasanya tanpa menggunakan pakaian hazmat karena dia bisa pingsan kehabisan napas di bawah teriknya cuaca New Delhi.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Pria 38 tahun itu mendapat bayaran setara dengan Rp3 juta sebulan. Ia mengendarai mobil jenazah itu pergi dan pulang antara rumah sakit, tempat kremasi, dan kuburan.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Aamir tinggal di sebuah ruang kecil tanpa jendela. Hanya sehelai tirai yang dijadikan pintu dan sebuah gambar Kabah di atas tempat tidurnya. Sebelum pandemi, dia adalah satu dari puluhan ribu orang yang mencari nafkah di ibukota India sebagai sopir taksi.

Tapi, pekerjaan itu tidak menghasilkan apapun selama hampir tiga bulan lockdown. Dengan kasus yang meningkat di India bahkan sebelum pemerintah mencabut pembatasan itu pekan lalu, seorang teman menyarankan mungkin satu-satunya bisnis yang sekarang booming di negara itu adalah membawa ambulans pribadi.

Di hari pertamanya bekerja, Aamir bahkan tidak menyadari kalau dia akan mengantar pasien virus corona hingga dia diberikan satu set pakaian terusan. Tak butu waktu lama hingga ambulansnya menjadi mobil jenazah darurat.

Terkadang dia sendiri di dalam ambulans dan harus bergantung pada kerabat jenazah untuk membantunya mengangkat jenazah dari belakang kendaraan. Terkadang dia harus mengangkatnya sendirian.

"Itu aneh bagiku, mengangkat jenazah alih-alih seorang pasien. Tapi seiring waktu, aku terbiasa," katanya saat pertama kali melakukannya seperti dikutip laman Mirror.

Dengan pekerjaan yang semakin familiar, Aamir harus bergelut dengan banyaknya perlatan perlindungan yang harus dipakai. Dia bisa memakai pakaian seperti pakaian hazmat, tapi itu tidak praktis di tengah cuaca New Delhi yang sangat panas.

"Kami akan pingsan dalam setengah jam jika memakai peralatan dan bekerja," ujarnya.

Dia dan rekan sopirnya lebih nyaman memakai gaun rumah sakit yang tipis. Tapi, ada harga yang harus dibayar dari kenyamanan itu.

"Kami selalu khawatir bisa terinfeksi," katanya.

Ambulans yang dijalankan oleh pemerintah sangat jarang di India. Kebanyakan orang beralih memanggil ambulans pribadi, kendaraan van yang sedikit diubah dengan nomor ponsel yang tertera di bagian sampingnya. Harapannya, agar orang yang lewat bisa mencatat dan memanggil mereka jika sakit.

Tidak seperti banyak negara lain yang sangat terdampak virus corona, pengemudi ambulans dan pekerja medis penting di India mendapat bayaran yang kecil, pelatihan yang sedikit, tidak asuransi kesehatan dan waktu kerja yang panjang.

Aamir merahasiakan pekerjaannya sebagai sopir ambulans dari para tetangganya di Mandawali, koloni berpenghasilan rendah yang dibangun secara ilegal di timur ibukota yang baru diakui oleh pemerintah Delhi pada tahun 2012. Dia khawatir dengan pemikiran mereka jika mengetahui pekerjaannya.

Dokter, perawat dan staf medis lainnya yang merawat pasien di seluruh India mengaku mereka diserang dan diludahi, beberapa diasingkan oleh teman dan kerabat seiring meluasnya penyebaran virus di negara itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya