Virus Corona Picu Kehamilan Tak Direncanakan, Kok Bisa?

Ilustrasi ibu hamil.
Sumber :
  • Pixabay/Pexels

VIVA – Penggunaan kontrasepsi mengalami penurunan yang cukup drastis selama masa pandemi virus corona atau COVID-19. Ini berdampak pada meningkatnya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Jumlahnya tidak sedikit, di tingkat nasional, persentase kehamilan tidak dikehendaki mencapai 17,5 persen. Artinya, setiap 100 persen orang hamil, yang tidak disengaja hamilnya adalah 17 persen. Salah satu pemicunya adalah kurangnya akses Pasangan Usia Subur terhadap pelayanan kontrasepsi.

Studi: Kekebalan Tubuh Pasien Sembuh COVID-19 Ringan Tetap Kuat

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

Hal ini disampaikan Kepala BKKBN, Dr (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam launching aplikasi ‘klikkb’ dalam rangkaian kegiatan ‘Hari Kontrasepsi Sedunia’ di Jakarta.

“Berbagai penyebab seperti kekhawatiran akseptor KB untuk menggunakan fasilitas kesehatan, adanya provider yang tidak membuka layanan atau pun terhambatnya menuju tempat pelayanan karena Pembatasan Sosial Berskala Besar," tutur Hasto, dikutip dari siaran pers BKKBN, Selasa, 18 Agustus 2020.

Mpok Alpa Hamil Anak Kembar, Sempat Kena Mental Saat Syuting

Untuk itu, pelayanan kontrasepsi kepada Pasangan Usia Subur harus terus dilakukan untuk memenuhi tujuan perencanaan keluarga yaitu menunda kehamilan, menjaga jarak antar kelahiran dan  mengakhiri kesuburan.

Sebagai salah satu upaya untuk menjangkau PUS agar terakses informasi, kemudian mendapatkan pelayanan kontrasepsi dan menjaga kesertaannya, BKKBN mengembangkan sebuah aplikasi yang dinamakan “klikkb”.

Aplikasi ini akan menghubungkan secara langsung antara akseptor KB dengan bidan dan memungkinkan akseptor mendapatkan informasi secara interaktif atau konseling dalam aplikasi ini. Upaya ini juga diharapkan membantu akseptor dalam mendapatkan alarm pengingat saat meminum pil KB setiap harinya.

Hal ini dilakukan untuk  menghindari Drop Out atau putus pakai kontrasepsi yang persentasenya masih cukup tinggi khususnya pada kontrasepsi jangka pendek. Selama 3 bulan terakhir saja, angkanya mencapai 10 persen dari 36 juta pasangan usia subur yang putus kontrasepsi.

"Kami ucapkan terima kasih kepada bidan seluruh Indonesia karena kita sering ber slogan ada bidan ada KB, ada KB ada Bidan. Pelayanan KB, 70 persen dikerjakan oleh para bidan yang tersebar dieluruh Indonesia," tambah Hasto.

Ayah, bunda dan buah hati

Gender Selection, Tren Pejuang Garis Dua untuk Anak Kedua

Dengan seleksi gender, calon orang tua yang merupakan para pejuang garis dua melalui melalui siklus bayi tabung dan memilih melakukan skrining genetik praimplantasi (PGS)

img_title
VIVA.co.id
5 Mei 2024