Hasil Tes COVID-19 Negatif, Amankah Bertemu Orang?

Ilustrasi Virus Corona COVID-19 mengubah tatanan kehidupan manusia di Bumi.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Hasil tes negatif COVID-19 menjadi salah satu hal yang membuat orang lega di tengah pandemi. Tidak hanya itu saja, hasil tes negatif COVID-19 juga menjadi syarat ketika seseorang akan bepergian ke luar kota. Ini dilakukan untuk menjamin dan mencegah penyebaran COVID-19 semakin meluas. 

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Tapi, apakah hasil tes COVID-19 negatif cukup jelas bagi seseorang untuk berkumpul dengan orang lain? Satu laporan negatif tidak cukup membuktikan bahwa aman bagi orang tersebut untuk bergaul dan berada di sekitar orang lain.  

Diagnosis COVID-19 negatif bisa sangat melegakan, mengandalkan laporan negatif saja mungkin bukan jaminan bahwa Anda tidak akan menulari orang lain, atau membuat orang lain berisiko. Suka atau tidak suka, tidak semua hasil tes COVID-19 paling tepat.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Baca juga: Hore, 5 Zodiak Ini Bisa Lunasi Semua Utang di November 2020

Meskipun pengujian COVID-19 sebagian besar sangat mudah dilakukan, keakuratan dan sensitivitas pengujian saat ini mungkin bergantung pada banyak faktor.  Misalnya, tes RT-PCR, yang dapat mendeteksi bahkan sebagian kecil dari viral load dianggap sebagai standar emas untuk pengujian virus corona baru. Namun, penggunaannya masih harus disadari. 

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

Tes RT-PCR juga lebih mahal, dan membutuhkan waktu 24-42 jam untuk memberikan hasil. Di banyak tempat, tes antigen digunakan, yang tidak hanya lebih murah, tetapi lebih mudah dilakukan, meskipun kemungkinan besar menghasilkan positif dan negatif palsu.  

Oleh karena itu, selalu ada kemungkinan tes yang Anda lakukan memberikan hasil yang salah, dan memberi Anda rasa aman yang salah. Kemudian, keakuratan hasil tes tergantung pada waktunya.

Virus ini memiliki masa inkubasi 5-12 hari, tetapi dalam beberapa kasus, bisa lebih lama dari itu. Jadi, jika Anda mungkin telah terpapar seseorang dengan infeksi aktif, Anda harus memperlakukan dua minggu ke depan sebagai masa karantina juga.

Baca juga: Penderita Diabetes Masih Bisa Makan Nasi, Asal Ikuti Aturan Ini

Menurut sebuah penelitian, tes RT-PCR, misalnya, paling rentan memberikan hasil yang salah pada hari-hari awal timbulnya infeksi (4-5 hari). Risikonya berlipat ganda dengan pengujian antigen. Inilah salah satu alasan mengapa orang diminta untuk menjalani tes RT-PCR jika mereka mendapatkan hasil negatif pada tes antigen.

Para ahli juga sangat menyarankan bahwa hanya mengandalkan pengujian sebagai alat pengaman dapat membuat orang 'lalai', seperti pemakaian masker dan jarak sosial, yang bisa menjadi dua faktor terbesar yang dapat meningkatkan infeksi.  Ingat, tes adalah tindakan pencegahan dan hanya efektif, selama Anda menerapkan langkah-langkah keamanan lainnya.

Risiko yang sama ada pada mereka yang mendapatkan laporan negatif setelah berjuang melawan infeksi aktif.  Hasil tes tidak berarti bebas untuk kembali ke keadaan normal.

Minggu-minggu pertama setelah pemulihan adalah yang paling penting dan dimaksudkan untuk istirahat.  Ini bukan waktu yang ideal bagi Anda untuk sepenuhnya kembali bekerja dan bermasyarakat.  Jika Anda hasil tes negatif pasca infeksi, lakukan isolasi sendiri dan karantina selama 7 hari tambahan dan jangan izinkan siapa pun untuk melakukan kontak dengan Anda. 

Hasil tes COVID-19 negatif bukan berarti Anda 'kebal' dari virus corona, meski untuk sementara. Sejauh yang diketahui, tes negatif untuk COVID-19 hanya berarti tidak ada cukup viral load di tubuh untuk dideteksi.  Anda masih bisa menginkubasi virus, tertular infeksi dari tempat lain dan tes positif segera.  Oleh karena itu, karantina dan tindakan pengamanan harus dilakukan sebagai aturan yang jelas.

Lalu kapan aman bagi seseorang untuk bertemu orang lain? Dilansir dari laman times of india, menurut pedoman yang dikeluarkan ahli, setiap orang yang dianggap sebagai kontak dekat orang COVID -19, atau telah terpapar infeksi harus dikarantina selama 14 hari, jika memungkinkan.

Pertemuan langsung masih bukan yang paling aman.  Namun, jika terpaksa, pastikan kebersihan masker dan jarak sosial diikuti sepenuhnya. Jika ada yang mengalami gejala sekecil apa pun, sebaiknya tetap di rumah.  Pasien berisiko tinggi dan mereka yang kekebalannya lemah juga harus ada di rumah.

Seperti diketahui, jumlah kasus COVID-19 saat ini masih tinggi. Untuk itu, cara yang paling efektif dilakukan untuk mencegah penularan yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan dan selalu melakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan jauhi kerumunan serta Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#ingatpesanibu
#satgascovid19
#pakaimasker
#cucitanganpakaisabun
#jagajarak

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya