Mengenal Karakteristik Varian Baru Virus Corona di Inggris

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Di saat dunia tengah melawan COVID-19 melalui vaksin, baru-baru ini, varian baru virus corona ditemukan di Inggris. Varian baru tersebut diketahui pertama kali ditemukan di Inggris bagian selatan.

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

Terkait dengan mutasi virus corona ini, Menteri Riset dan Teknologi, Prof. Bambang Brodjonegoro, Ph,D menjelaskan bahwa varian baru virus corona ini menjelaskan alasan kenapa virus ini bisa bermutasi. Dijelaskannya, bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 sangat mudah beradaptasi dengan inangnya.

"Virus ini mudah beradaptasi dengan host, makanya terjadi lah mutasi karena adaptasi virus terhadap host. Proses mutasi dan adaptasi itu terjadi baik dari host ke host (orang ke orang), antar etnisitas ke etnisitas lain, sehingga dari satu wilayah ke wilayah lain," kata Menristek dalam virtual conference yang ditayangkan di channel YouTube BNPB TV, Kamis, 24 Desember 2020.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Lebih lanjut, Bambang mengatakan bahwa varian baru virus corona ini pertama kali ditemukan pada 20 September 2020 dan per 13 Desember sudah lebih dari 1.100 kasus terdeteksi.

Selain itu, sifat dari varian baru virus corona yang bernama Varian Under Investigation 20201201 (VUI 202021201) ini diketahui memiliki daya sebar yang cepat.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Kemudian peningkatan cepat sehingga di November, terutama Desember terjadi peningkatan yang luar biasa. Sehingga, di Inggris Tenggara yang paling terdampak dari seluruh isolat virus yang ditemukan dari pemeriksaan sampel. 50 persen mengandung varian ini," jelas dia.

Selain itu, dijelaskan oleh Bambang, berbeda dengan mutasi virus corona yang ditemukan di Malaysia yakni D641G beberapa bulan lalu, virus ini menyerang bagian ‘receptor binding domain’. Sehingga dampaknya pada pemeriksaan mesin PCR, salah satunya mendeteksi Gen S (spike).

"Kalau mesin PCR menargetkan Gen S maka ada kemungkinan ada gangguan akurasi," ucapnya.

"Meski penularannya lebih cepat, tapi belum ada bukti varian ini menimbulkan tingkat keparahan yang lebih. Tidak membuat penyakitnya lebih berat dan juga tidak menambah tingkat kematian," tambahnya.

Ingat, saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun,

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya